Rabu, 05 Desember 2012

LABORATORIUM APK DAN ERGONOMI

BAB I
PENDAHULUAN

Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia. Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, tentu diperlihatkan rancangan sistem kerja yang baik pula. Oleh karena itu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan kerja yang diinginkan dengan menggunakan study gerakan dan prinsip ekonomi gerakan. Study gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan yang tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dll. Sehingga dari posisi kerja operator tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerjanya.
Berdasarkan praktek yang dilakukan dilaboratorium Teknik Tata Cara Kerja, kita dapat mengamati secara detail waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan sebuah produk secara bertahap sehingga dapat dilakukan perbaikan sistem kerja yang berdasarkan prinsip ekonomi gerakan
1,1 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mampu menggunakan konsep-konsep perbaikan kerja untuk memperbaiki suatu sistem kerja.
2.         Mampu menganalisa dan memperbaiki cara kerja dengan menggunakan study gerakan dan prinsip ekonomi gerakan.
3.         Mampu merancang dan mengimplementasikan alat Bantu sederhana yang dapat meminimasi waktu produksi.
4.         mampu membuktikan manfaat perbaikan cara kerja dengan criteria waktu proses.
5.         Mampu menghitung waktu baku berdasarkan waktu garakan.

1.2 ALAT YANG DIGUNAKAN
 
1.         Stop Watch
2.         Obeng
3.         Steker
4.         Cek Sheet



BAB II
LANDASAN TEORI


2. 1      Defenisi Ekonomi Gerakan
Ekonomi gerakan merupakan salah satu metode perancangan kerja dengan cara melakukan proses analisis terhadap beberapa gerakan bagian badan dalam menyelesaikan pekerjaan. Analisa diarahkan khususnya untuk menghilangkan gerakan – gerakan yang tidak aktif, yang pada akhirnya dapat menghemat waktu kerja maupun pemakaian peralatan atau fasilitas kerja.
Dalam proses analisis gerakan-gerakan, pertama-tama suatu pekerjaan diuraikan menjadi gerakan dasar pembentuknya. Gerakan dasar ini dikembangkan oleh Frank B, Gilberth dan Lilian Gilberth, yang dinamakan THERBLIG dan berjumlah 17 gerakan dasar yaitu:
1.      Mencari (Search): SH
Dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek  sudah ditemukan.
2.      Memilih (Select): ST
Dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila obyek sudah ditemukan.
3.      Memegang (Grasp): G
Gerakan untuk memegang, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilakukan oleh gerakan membawa.
4.      Menjangkau (Reach): RE
Gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhui obyek, ini biasanya didikuti gerakang memegang.
5.      Membawa (Move): M
Gerak perpindahan tangan dalam keadaan terbebani. Gerakan ini didahului dengan memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau mengarahkan.

6.      Memegang untuk memakai (Hold): H
Adalah memegang tanpa menggerakan obyek yang dipegang tersebut.
7.      Melepas (Release): RL
Mulai pada saat pekerja mulai melepaskan tangannya dari obyek dan berakhir bila seluruh jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti gerakan menjangkau.
8.      Mengarahkan (Position): P
Biasanya dimulai oleh gerakan mengangkut dan biasa diikuti oleh gerakan merakit. Gerakan ini dimulai sejak tangan mengendalikan obyek dan berakhir pada saat gerakan memakai atau merakit dimulai.
9.      Mengarahkan Sementara (Pre Position): PP
Merupakan elemen gerak mengerahkan pada suatu tempat sementara
10.  Pemeriksaan (Inspektion): I
Merupakan kegiatan memeriksa obyek untuk mengetahui apakah obyek telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
11.  Perakitan (Assemble): A
Gerakan untuk menggabungkan obyek dengan obyek lain. Gerakan ini biasanya didahului oleh salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. Pekerjaan dimulai bila obyek sudah siap dipasang dan berakhir bila obyek sudah tergabung secara sempurna.
12.  Lepas rakit (Disassemble): DA
Therblig ini merupakan kebalikan dari perakitan, disini obyek dipisahkan dari suatu kesatuan.
13.  Memakai (Use): U
Bila suatu tangan atau keduanya dipakai untuk menggunakan alat.
14.  Keterlambatan yang tak terhindar (Unavvoidable): UD
Keterlambatan yang dimaksud adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal diluar kemampuan pengendalian pekerja. Misalnya karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan suatu tangan menganggur sedangkan tangan lain bekerja atau listrik padam dll.
15.  Keterlambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay): AD
Adalah keterlambatan yang oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerja sendiri  baik disengaja maupun tidak disengaja misalnya merokok, sakit batuk dsb.
16.  Merencana (Plan): P
Merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya./ biasanya pada pekerja baru.
17.  Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to Overcome fatique)
Hal ini tidak terjadi pada siklus kerja tetapi terjadi secara periodic. Waktu untuk memulihkan kondisi badan dari rasa fatique akibat kerja berbeda-beda.

2. 2      Prinsip – prinsip Ekonomi Gerakan
                    2.2.1            Prinsip – prinsip ekonomi gerakan hubungannya dengan tubuh dan   gerakan manusia
1.      Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama.
2.      Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.
3.      Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah.
4.      Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat. Yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya.
5.      Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam pekerja.
6.      Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat gerakan tersebut.
7.      Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari pada gerakan yang dikendalikan.
8.      Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi sipekerja.
9.      Usahakan sedikit mungkin gerakan mata.
                    2.2.2            Prinsip – prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pernyataan tata letak tempat kerja.
1.      Sebaiknya dipisahkan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.
2.      Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat untuk dicapai.
3.      Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga badan yang akan dipakai selalu tersedia ditempat yang dekat untuk diambil.
4.      Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai dirancang mekanismenya yang baik.
5.      Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.
6.      Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.
7.      Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya bersikap (mempunyai postur) yang baik.
8.      Tata letak perlatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
                    2.2.1            Prinsip – prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan.
1.      Sebaiknya tangan dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat ditingkatkan.
2.      Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari satu kegunaan..
3.      Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam memegang dan penyimpanan.
4.      Bila setiap jari melakukan gerakan sendiri-sendiri , misalnya seperti pekerjaan mengetik. Bahan yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing – masing jari.
5.      Roda tangan , palang dan peralatan sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga yang minimum
                    2.2.2            Selain itu gerakan – gerakan dapat juga diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:
a.       Effective
1.      Physivcal Basic Division
2.      Objective Basic Division
b.      Inffective
1.      Mental atau semimental Basic Division
2.      Delay
            Gerakan – gerakan Therblig yang digunakan untuk menyususn suatu sistem kerja, harus dibantu dengan MIcromotion Study agar dapat menghasilkan sistem yang baik.

2. 3      Histogram
Apabila data yang diperoleh berukuran besar atau datanya banyak maka untuk memudahkan analisa deskriptif maka data tersebut diringkas menjadi distribusi frekuensi atau tabel frekuensi.
Langkah-langkah dalam penyusunan distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
1.        Menentukan range dimana diperoleh dari selisih antara data terbesar dan data terkecil.
2.        Menetukan banyak kelas (K) dengan cara:
-          Cara umum, bisa ditentukan antara 5 – 15
-          Cara strungest, kelas (K) = 1 + 3,3 Log N
3.      Menentukan panjang kelas (P) yakni range dibagi dengan banyaknya kelas
4.      Menentukan batang kelas I, dengan cara:
-          Mengumpulkan  data terkecil
-          Menggunakan data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang ditentukan.
Setelah itu data disajikan dalam bentuk histogram berdasarkan batas kelas yang telah ditentukan dan banyaknya frekuensi yang telah diperoleh

2. 4      Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku
Waktu siklus adalah waktu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu produk. Dimana rumusnya yaitu:
Waktu Siklus (Ws) =
Waktu Normal adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu produk dalam keadaan standar atau normal. Dimana rumusnya yaitu:
Waktu Normal (Wn) = Ws x P
Dimana : P = Faktor penyesuaian
Waktu Baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk dimana dipengaruhi oleh factor penyesuaian dan factor kelonggaran.
Rumusnya yaitu:
Waktu Baku (Wb) = Wn + Wn (1)
2.4.1.      Faktor Penyesuaian
Setelah pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator, ketidak wajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruang yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat telalu singkat atau terlalu panjang waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.
Biasanya penyesuain dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata suatu harga p yang disebut dengan faktor penyesuain. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana kerjanya seorang operator yang dianggap normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaan.
Untuk menyatakan kelonggaran dalam perhitungan  waktu baku langkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk hal tersebut diatas yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan yang tidak terhindarkan. Dua hal yang pertama antara lain dapat diperoleh dari tabel yaitu dengan memperhatikan kondisi-kondisi dan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melalui pengukuran khusus seperti sampling pekerjaan. Biasanya dinyatakan dalam persentase dijumlahkan dan kemudian mengalikan jumlah ini dengan waktu normal yang telah dihitung sebelumnya.
Dari keempat cara penentuan faktor-faktor dari penyesuaian diatas maka yang kami gunakan dalam penyusunan laporan ini adalah cara Wesing House. Cara Wesing House  mengarahkan  penulisan pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja yaitu :
Keterampilan, usaha, kondisi atau konsistensasi. Keterampilan atau skill didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Dan latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ketingkat tertentu saja. Secara psikologis keterampilan merupakan uptitude pekerja untuk pekerjaan yang bersangkutan, keterampilan dapat menurunkan bila telah terlampau lama tidak menangani pekerjan terseburt.
Menghitung waktu siklus rata-rata dengan :
Ws =
Hitung waktu normal dengan :
Wn = Ws x P
Dimana P  adalah faktor-faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, hasil perhitunga waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka faktor penyesuaian  p sama dengan  l, artinya waktu siklus rata-rata normal. jika pekerjaan terlalu lambat  maka untuk menormalkanya pengukur harus memberi harga  pl  dan selanjutnya  pl, jika dianggap bekerja cepet.
Hitung waktu baku dengan :
Wb = Wn + Wn (l)
Dimana  l  adalah kelonggaran yang diberikan pada pekerja untuk menyusuaikan pekerjaan disamping waktu normal. Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan terhindarkan oleh pekerja umumnya, kelonggaran dinyatakan dalam persen dari waktu normal.
Cara menentukan faktor penyesuaian pertama adalah dengan cara persentase. Disini biasanya ditentukan sepenuhnya oleh pengukur melalui pengamatan selama melakukan pengukuran, terlihat bahwa penyusuaian diselesaikan dengan cara yang sederhana, namun terlihat adanya kekurangan dan kurangnya ketelitian sebagai akibat dari kasarnya cara penelitian. Bertolak dari kelemahan ini dikembangkanlah cara-cara lain yang dipandang sebagai cara yang lebih obyektif. Cara-cara ini umumnya memberikan patokan yang dimaksud untuk mengarahkan penilaian pengukuran terhadap kerja operator.
   Kelonggaran diberikan untuk tidak hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, n  yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karena sesuai dari pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal kelonggaran ditambahkan dengan s.

2. 5      Diagram Sebab Akibat (Fish Bone Diagram)
Diagram sebab akibat yang terkenal dengan istilah diagram tulang ikan. Diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Kaoro Ishikawa (Tokyo University) pada tahun 1943.
Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Disamping itu juga dicari penyebab –penyebab sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini metode sumbang saran (Brainstorming Method) yang cukup efektif digunakan untuk mencari factor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail.
Untuk mencari factor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatiakan, yaitu:
1.      Manusia (Man)
2.      Metode kerja (Work-Method)
3.      Mesin (Machine)
4.      Bahan baku (Row Materials)
5.      Lingkungan kerja (Work-Environment)
                                     
Hubungan penyimpangan kualitas dengan factor – factor penyebab tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai 

Senin, 05 November 2012

METODE PERAMALAN (FORECASTING METHOD)

Langkah pertama dalam melakukan peramalan dalam perencanaan operasi sistem produksi adalah menentukan peramalan yang akurat.

DEVINISI
  • Peramalan adalah segi atau ilmu untuk memprediksikan masa depan
  • peramalan adalah dasar untuk menentukan perencanaan produsksi

Jumat, 26 Oktober 2012

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

Perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan kegiatan produksi sehingga dapat mencapai tujuan yang di harapkan

perencanaan dan pengendalian produksi memiliki 3 jenis 
  1. Jangka panjang adalah kegiatan perumusan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, produksi kebutuhan bahan dan finansial
  2. jangka menengah adalah perencanaan kapasitas dan pengeluaran produk
  3. Jangka pendek

           

Senin, 08 Oktober 2012

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan  adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan

adapun fase pengambilan keputusan adalah sbb
  1. Aktivitas intelegensia dalah proses menentukan kondisi yang mengaruskan keputusan dipilih
  2. Aktivitas Desain adalah kegiatan yg mengunakan konsep desain aktivitas intelengensia untuk mencapai tujuan
  3. Aktivitas Pemilihan
Tahap pengambilan keputusan
  1. Mengenditifukasi masalah  utama
  2. menunjukan alternatif
  3. menganalisis alternatif
Teknik pengambilan keputusan
  1. Operation Reasearch
  2. Linear Programing
  3. caming war game
  4. probability

Senin, 24 September 2012

pasaran industri

sebelum mempelajari  pasaran industri ada beberapa hal yang perlu di perlu diperhatikan seperti

1. analsis pelanggan

 analisis karateristik dan kebutuhan pelangan serta pola pembelian yang dilakukan pelangganikasi

2. product planing

berkaitan dengan perencanaan produk baik, penembangan produk, modivikasi produkct lama

3. price Planing

kebijakan penetapan harga yang pas dengan mempertimbangkan faktotior biaya dan inflansi

4. distribution planing

merencanakan jalur dan rencana penjualan barang dan jasa

5. promotion planing

merencanakan program pengenalan  product melalui iklan, promosi dll


 
ESENSI DARI MANAJEMEN PEMASARAN
Content:
  1. Marketing Mix and Key Marketing Activities
  2. Developing Market Segmentation
  3. Product Planning and Development
  4. Designing Marketing Communication Program
  5. Distribution Planning and Pricing Strategy
Pilihan Industri Makanan
Marketing Mix and Market Segmentation
Marketing Mix (Bauran Pemasaran) terdiri atas:
1.      Price
2.      Product
3.      Place (distribution)
4.      Promotin
Ke-4-nya merupakan elemen yang menuju target pasar
Aktivitas Kunci Marketing:
1.      Consumer Analysis à Analisa karakteristik dan kebutuhan pelanggan, serta pola pembelian yang dilakukan oleh para pelanggan
2.      Product Planning à Berkaitan dengan perencanaan produk – baik pengembangan produk baru, modifikasi produk lama, ataupun product elimination
3.      Price Planning à Analisa tentang kebijakan penerapan harga yang pas, dengan mempertimbangkan faktor biaya-biaya, faktor inflasi, dan juga faktor harga produk pesain
4.      Distribution  Planning à Perencanaan distribusi – dimana saja produk kita akan dijual dan juga jalur distribusi yang akan digunakan
5.      Promotion Planning à Kombinasi dari iklan, publisitas, penjualan secara personal, dan promosi penjualan untuk meningkatkan revenue penjualan





Matrik Produk/Pasar
1.      Market Penetration
-          Penetrasi existing product dalam existing market – ditujukan untuk meningkatkan market share
-          Efektif apabila pasar bertumbuh atau belum mengalami kejenuhan
2.      Market Development
-          Penetrasi existing product ke dalam market yang lebih luas
-          Efektif jika segmen pasar baru muncul karena adanya  perubahan dalam demografi pembeli atau perubahan gaya hidup, dll. 
3.      Product Development
-          Perusahaan mengembangkan produk baru yang ditargetkan untuk segmen pasar yang sudah ada
-          Efektif apabila perusahaan memiliki portofolio produk dan brand yang kuat
4.      Diversification
-          Perusahaan mencoba tumbuh dengan menargetkan produk baru ke segmen pasar baru
-          Diversifikasi dimanfaatkan agar perusahaan tidak tergantung pada hanya satu produk/satu pasar





Tipe Segmentasi Pasar
1.      Geografis : Berdasarkan pada variabel regional seperti wilayah, iklim, kepadatan populasi, dan tingkat pertumbuhan populasi.
2.       Demografis : Berdasarkan pada variabel seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan , pekerjaan, pendapatan, dan status keluarga
3.       Psikografis : Berdasarkan pada variable seperti nilai, sikap, dan gaya hidup
4.       Perilaku: Berdasarkan pada variabel seperti tingkat dan pola penggunaan, sensitivitas harga, dan kesetiaan merek






Product Planning and Development


Convenience Goods
         Dapat dibeli dengan usaha minimum, karena pembeli telah memiliki pengetahuan dari karakteristik produk sebelum berbelanja
         Konsumer tidak ingin mencari informasi tambahan (karena item tersebut telah dibeli sebelumnya).
         Bahan pokok merupakan item dengan harga murah yang secara rutin dibeli secara teratur, seperti sabun cuci, susu, dan sereal
         Barang impulse merupakan item yang tidak direncanakan untuk dibeli oleh konsumer secara khusus, seperti permen, majalah, dan es krim
         Barang emergensi merupakan item yang dibeli dalam kebutuhan yang mendesak, seperti payung di musim hujan, ban untuk mengganti ban yang kempes, atau aspirin untuk sakit kepala

Shopping Goods
         Konsumer belum memiliki informasi yang memadai mengenai alternatif produk dan atributnya, sehingga harus memperoleh pengetahuan lebih lanjut untuk memutuskan membelinya
         Untuk attribute-based shopping goods. Barang-barang dengan kombinasi atribut yang baik akan dibeli. Barang elektronik Sony dan pakaian Calvin Klein dipasarkan sebagai attribute-based shopping goods
         Untuk price-based shopping goods. Konsumer memutuskan membeli produk/jasa berdasar harga terbaik.

Specialty Goods
         Dalam kategori ini, konsumer cenderung setia pada merek tertentu.
         Mereka mampu melakukan usaha yang signifikan untuk memperoleh merek yang diinginkan dan mau membayar lebih mahal daripada produk pesaingnya, jika diperlukan.
         Untuk specialty goods, konsumer tidak akan melakukan pembelian jika yang mereka inginkan tidak tersedia. Barang penganti tidak akan diterima.
 

Merencanakan Produk Baru
1.      Idea Generation : Pencarian sistematis dan kontinyu bagi munculnya peluang produk baru
2.      Product Screening: Setelah perusahaan mengidentifikasi produk yang potensial, maka perusahaan harus menyaringnya
3.      Dapat menggunakan checklist penyaringan produk baru untuk evaluasi pendahuluan mereka



 Merencanakan Produk Baru
1.      Concept Testing
-          Menguji konsep menyajikan konsep produk kepada konsumer; dan mencoba mengukur sikap dan ketretarikan konsumer atas konsep awal pengembangan produk tersebut
-          Concept testing merupakan cara yang cepat dan dengan tidak mahal untuk mengukur antusiasme konsumer

2.      Business Analysis
-          Analisa bisnis dilakukan untuk menguji kelayakan produk secara finansial
-          Dalam fase ini dianalisa mengenai potensi demand, proyeksi biaya, level kompetisi, investasi yang dibutuhkan dan potensi profit



Merencanakan Produk Baru
1.      Product Development
-          Pengembangan produk mengkonversi ide produk menjadi bentuk fisik dan mengidentifikasi dasar strategi pemasaran
-          Meliputi pembuatan produk, packaging, pemberian merek, positioning produk, dan usage and attitude testing

2.      Test Marketing
-          Menguji pemasaran meliputi penempatan produk untuk dijual di satu area yang dipilih dan disertai pelaksanaan marketing plan yang terbatas. Lalu dilihat kinerja penjualannya. 
-          Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kinerja produk dan program pemasaran secara terbatas – sebelum a full-scale introduction

3.      Komersialisasi
-          Setelah pengujian awal secara terbatas selesai dilaksanakan, perusahaan siap untuk mengenalkan produk ke pasar secara penuh.
-          Komersialisasi termasuk implementasi rencana pemasaran dan produksi secara menyeluruh (full scale).



Designing Marketing Communication Program


Mengidentifikasi Sasaran
àSiapa yang akan menjadi sasaran komunikasi ?
         Pelanggan industri besar?
         Pelanggan retail?
         Pengambil keputusan?
         Pembawa pengaruh?

1.     Tipe hedonis : tipe yang mengambil keputusan pada sisi emosional, prestise dan subyektif
2.     Tipe utilitarian : tipe yang mengambil keputusan berdasar benefit nyata dan fungsi yang diatawarkan produk.



Menentukan Tujuan Komunikasi
         Setelah teridentifikasi sasaranya, maka tahapan berikutnya adalah : menentukan tujuan komunikasi
         Tujuan komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga aspek:
1.     Apakah pemasar ingin menempatkan pesannya dalam benak konsumen (kognitif)
2.     Apakah ingin merubah sikapnya (afektif)
3.     Atau mendorong konsumen untuk berbuat sesuatu (perilaku)


Hirarki Efek Kesadaran
1.     Awareness :
a.     Jika sebagian besar audiens belum mengenal obyek, maka tugas komunikator adalah membangun awareness (kesadaran), mungkin sekedar pengenalan produk, dengan pesan sederhana yang diulang-ulang.
b.     Contoh : kesadaran pelanggan akan produk listrik pra bayar masih rendah; maka dalam tahap ini pengenalan produk ini perlu dilakukan secara gencar untuk membangun awareness mengenai hadirnya produk listrik pra bayar.

2.     Knowledge
a.     Pelanggan mungkin sudah ada yang tahu dan sadar akan adanya produk listrik pra bayar, tapi hanya sebatas itu.
b.     Dalam tahapan ini, perusahaan mulai melakukan pengenalan produk secara lebih rinci (product knowledge) sehingga pelanggan menjadi lebih tahu apa itu produk listrik pra bayar

3.     Liking
a.     Jika pelanggan sudah mengenal dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai produk itu, bagaimana perasan mereka mengenai produkt tesebut? Apakah mereka mulai tertarik dan tumbuh minat untuk memakai produk tersebut?
4.     Preference
a.     Pelanggan mungkin menyukai produk listrik pra bayar tersebut, namun tetap memilih pembayaran secara konvensional.
b.     Dalam hal ini, komunikator bisa membangun preferensi pelanggan dengan mempromosikan benefit dan fitur-fitur yang memberikan manfaat lebih dari produk tersebut dibanding produk lainnya.

5.     Conviction
Pelanggan mungkin suka produk tertentu, namun belum yakni akan membelinya. Tugas komunikator adalah meyakinkan pelanggan yang sudah berminat bahwa produk listrik pra bayar adalah pilihan yang baik bagi mereka.

6.     Purchase
a.     Pelanggan mungkin sudah punya keyakinan, namun belum tergerak juga untuk melakukan pembelian.
b.     Dalam hal ini komunikator bisa merancang program untuk menawarkan produk secara promosi, misal dengan diskon, dapat hadiah, dll.


Tiga Tipe Tujuan Komunikasi

1.     Informing
a.     Menginformasikan pelanggan mengenai keberadaan suatu produk baru
b.     Memperkenalkan cara pemakaian baru dari produk tertentu
c.      Menyampaikan perubahan harga kepada pelanggan
d.     Menjelaskan cara kerja suatu produk
e.      Meluruskan kesan yang keliru
f.       Membangun citra perusahaan

2.     Persuading
a.     Membentuk pilihan produk atau merek
b.     Mengalihkan pilihan ke produk tertentu
c.      Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk
d.     Mendorong calon pelanggan untuk melakukan pembelian
3.     Reminding
a.     Mengingatkan pelanggan akan tempat-tempat pembayaran listrik
b.     Mengingatkan pelanggan untuk menggunakan listrik secara hemat
c.      Membuat pelanggan tetap ingat walau tidak ada kampanye iklan layanan masyarakat



Merancang Isi pesan – Appeal (daya tarik)
1.  Rational Appeal :
a.     Beorientasi pada pemberian informasi yang bersandar pada fakta-fakta yang rasional
b.     Mengedepankan benefit fungsional dari suatu produk (ada value addedd yang nyata)
c.      Pesan menggambarkan mutu, nilai ekonomis, atau kinerja produk
d.     Contoh : iklan mobil panther yang mengedepankan nilai irit bahan bakar

2.  Emotional Appeal
a.     Beorientasi pada upaya untuk menggelitik aspek emosi dan perasaan (feeling) pelanggan
b.     Mengedepankan nilai prestise suatu produk; memiliki produk diasosiasikan dengan gengsi tertentu
c.      Contoh : iklan mobil BMW, atau sabun kecantikan LUX


3.  Moral Appeal
a.     Beorientasi pada upaya menggugah nurani pelanggan akan hal yang baik/benar atau bermoral/tidak bermoral
b.     Sering digunakan dalam iklan layanan masyarakat, seperti bahaya narkoba, AIDS, dan kampanye anti korupsi

Struktur Pesan
         Selain bertumpu pada ISI PESAN, maka efektivitas komunikasi juga dipengaruhi oleh strukturnya.
         Struktur merupakan urutan penyajian suatu pesan; misal, dimana meletakkan bukti keunggulan produk, apakah didepan, ditengah atau dibelakang? Apakah pesan diakhiri dengan kesimpulan yang pasti : Kecap ABC kecap nomer satu. Atau pelanggan dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri : how low can you go?

Format Komunikasi
         Format komunikasi adalah tampilan audio visual yang akan ditayangkan (jika di TV) atau visual (media cetak) dan audio (radio).
         Format komunikasi didesain dengan dengan mengacu pada sejumlah elemen kunci, yakni :
         Aspek estetika
         Aspek kultur lokal
         Aspek efektivitas tayangan untuk diingat dalam benak konsumen
         Dalam format komunikasi, juga perlu diperlu diperhatikan sumber yang akan menjadi ikon tayangan : apakah orang biasa, selebritis, tokoh masyarakat atau tokoh olahraga?





Perencanaan Distribusi dan Strategi Penentuan Harga
Perencanaan Distribusi
         Perencanaan distribusi merupakan pembuatan keputusan sistematis yang berhubungan dengan pergerakan fisik dan transfer kepemilikan produk dari produser kepada konsumer.
         Meliputi transportasi, penyimpanan, dan transaksi pelanggan.
         Fungsi distribusi diselesaikan melalui jalur distribusi.
         Organisasi atau orang-orang yang mengelola proses distribusi ini  dikenal sebagai channel members atau middlemen.


Konsumer dan Penentuan Harga
1.    Konsumer
a.  Hubungan antara harga dan persepsi dan pebelian oleh konsumer dijelaskan oleh dua prinsip ekonomi – hukum permintaan dan hukum elastisitas harga yang diminta
b.  Hukum permintaan menyatakan bahwa permintaan biasanya lebih banyak ketika harga produk/jasa rendah
c.  Elastisitas harga yang diminta mendefinisikan sensitivitas pembeli terhadap perubahan harga

2.    Elastic Demand
Elastic demand terjadi jika perubahan relatif kecil dalam harga berdampak besar terhadap jumlah permintaan
3.    In-elastic Demand
Inelastic demand terjadi jika perubahan harga hanya berpengaruh sedikit atau tidak sama sekali terhadap besarnya jumlah permintaan.


Pesaing dan Penentuan Harga
1.    Pesaing
Elemen lain yang berkontribusi terhadap tingkat pengendalian harga adalah kondisi persaingan
2.    Market-controlled price environment
Ditandai oleh persaingan yang ketat, perusahaan secara individual tidak bisa mengatur harga secara sembaragan
3.    Company-controlled priced environment
Persaingan bersifat moderat, ditandai dengan produk yang terdiferensiasi, perusahaan bisa mengkontrol harga secara relatif independen
4.    Government-controlled price environment
Ditandai dengan penentuan harga oleh pemerintah. Contohnya harga tarif listrik.
Channel Members dan Penentuan Harga
1.    Channel  Members
-         Channel members yang besar dan kuat – seperti Carefour – bisa ikut menetapkan harga yang mereka inginkan.
-         Channel members juga cenderung meminta harga yang lebih murah untuk produk-produk baru yang belum dikenal pasar. Mereka juga kadang enggan menjualnya sama sekali.
-         Untuk memastikan kerjasama channel member dengan penentuan harga, manufaktur perlu mempertimbangkan empat faktor:  channel member profit margins, price guarantees, special deals, and the impact of price increases

Strategi Harga
1.    Strategi Harga berdasarkan Biaya
Dengan strategi harga berdasarkan biaya, pemasar menentukan harga dengan menghitung biaya-biaya, biaya overhead, dan kemudian menambahkan margin keuntungan yang diinginkan

2.    Strategi Harga berdasarkan Permintaan
Pemasar menentukan harga setelah meneliti keinginan konsumer dan memastikan range harga yang dapat diterima oleh target pasar

3.    Strategi Harga berdasarkan Persaingan
a.     Pemasar menentukan harga berdasar kondisi harga yang ditawarkan pesaing
b.    Harga mungkin berada di bawah pasar, sesuai pasar, atau di-atas pasar, tergantung pada kesetiaan pelanggan, reputasi, dan kondisi lingkungan persaingan.

Sumber kajian: Yodhia Antariksa, Msc

 
Bacaan Lanjutan yang Direkomendasikan:
1.    Joel R. Evans and Barry Berman, Marketing in the 21st Century, Atomic Dog Publishing
2.    Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management, Prentice Hall.