Rabu, 05 Desember 2012

LABORATORIUM APK DAN ERGONOMI

BAB I
PENDAHULUAN

Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia. Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, tentu diperlihatkan rancangan sistem kerja yang baik pula. Oleh karena itu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan kerja yang diinginkan dengan menggunakan study gerakan dan prinsip ekonomi gerakan. Study gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan yang tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dll. Sehingga dari posisi kerja operator tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerjanya.
Berdasarkan praktek yang dilakukan dilaboratorium Teknik Tata Cara Kerja, kita dapat mengamati secara detail waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan sebuah produk secara bertahap sehingga dapat dilakukan perbaikan sistem kerja yang berdasarkan prinsip ekonomi gerakan
1,1 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mampu menggunakan konsep-konsep perbaikan kerja untuk memperbaiki suatu sistem kerja.
2.         Mampu menganalisa dan memperbaiki cara kerja dengan menggunakan study gerakan dan prinsip ekonomi gerakan.
3.         Mampu merancang dan mengimplementasikan alat Bantu sederhana yang dapat meminimasi waktu produksi.
4.         mampu membuktikan manfaat perbaikan cara kerja dengan criteria waktu proses.
5.         Mampu menghitung waktu baku berdasarkan waktu garakan.

1.2 ALAT YANG DIGUNAKAN
 
1.         Stop Watch
2.         Obeng
3.         Steker
4.         Cek Sheet



BAB II
LANDASAN TEORI


2. 1      Defenisi Ekonomi Gerakan
Ekonomi gerakan merupakan salah satu metode perancangan kerja dengan cara melakukan proses analisis terhadap beberapa gerakan bagian badan dalam menyelesaikan pekerjaan. Analisa diarahkan khususnya untuk menghilangkan gerakan – gerakan yang tidak aktif, yang pada akhirnya dapat menghemat waktu kerja maupun pemakaian peralatan atau fasilitas kerja.
Dalam proses analisis gerakan-gerakan, pertama-tama suatu pekerjaan diuraikan menjadi gerakan dasar pembentuknya. Gerakan dasar ini dikembangkan oleh Frank B, Gilberth dan Lilian Gilberth, yang dinamakan THERBLIG dan berjumlah 17 gerakan dasar yaitu:
1.      Mencari (Search): SH
Dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek  sudah ditemukan.
2.      Memilih (Select): ST
Dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila obyek sudah ditemukan.
3.      Memegang (Grasp): G
Gerakan untuk memegang, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilakukan oleh gerakan membawa.
4.      Menjangkau (Reach): RE
Gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhui obyek, ini biasanya didikuti gerakang memegang.
5.      Membawa (Move): M
Gerak perpindahan tangan dalam keadaan terbebani. Gerakan ini didahului dengan memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau mengarahkan.

6.      Memegang untuk memakai (Hold): H
Adalah memegang tanpa menggerakan obyek yang dipegang tersebut.
7.      Melepas (Release): RL
Mulai pada saat pekerja mulai melepaskan tangannya dari obyek dan berakhir bila seluruh jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti gerakan menjangkau.
8.      Mengarahkan (Position): P
Biasanya dimulai oleh gerakan mengangkut dan biasa diikuti oleh gerakan merakit. Gerakan ini dimulai sejak tangan mengendalikan obyek dan berakhir pada saat gerakan memakai atau merakit dimulai.
9.      Mengarahkan Sementara (Pre Position): PP
Merupakan elemen gerak mengerahkan pada suatu tempat sementara
10.  Pemeriksaan (Inspektion): I
Merupakan kegiatan memeriksa obyek untuk mengetahui apakah obyek telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
11.  Perakitan (Assemble): A
Gerakan untuk menggabungkan obyek dengan obyek lain. Gerakan ini biasanya didahului oleh salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. Pekerjaan dimulai bila obyek sudah siap dipasang dan berakhir bila obyek sudah tergabung secara sempurna.
12.  Lepas rakit (Disassemble): DA
Therblig ini merupakan kebalikan dari perakitan, disini obyek dipisahkan dari suatu kesatuan.
13.  Memakai (Use): U
Bila suatu tangan atau keduanya dipakai untuk menggunakan alat.
14.  Keterlambatan yang tak terhindar (Unavvoidable): UD
Keterlambatan yang dimaksud adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal diluar kemampuan pengendalian pekerja. Misalnya karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan suatu tangan menganggur sedangkan tangan lain bekerja atau listrik padam dll.
15.  Keterlambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay): AD
Adalah keterlambatan yang oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerja sendiri  baik disengaja maupun tidak disengaja misalnya merokok, sakit batuk dsb.
16.  Merencana (Plan): P
Merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya./ biasanya pada pekerja baru.
17.  Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to Overcome fatique)
Hal ini tidak terjadi pada siklus kerja tetapi terjadi secara periodic. Waktu untuk memulihkan kondisi badan dari rasa fatique akibat kerja berbeda-beda.

2. 2      Prinsip – prinsip Ekonomi Gerakan
                    2.2.1            Prinsip – prinsip ekonomi gerakan hubungannya dengan tubuh dan   gerakan manusia
1.      Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama.
2.      Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.
3.      Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah.
4.      Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat. Yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya.
5.      Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam pekerja.
6.      Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat gerakan tersebut.
7.      Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari pada gerakan yang dikendalikan.
8.      Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi sipekerja.
9.      Usahakan sedikit mungkin gerakan mata.
                    2.2.2            Prinsip – prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pernyataan tata letak tempat kerja.
1.      Sebaiknya dipisahkan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.
2.      Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat untuk dicapai.
3.      Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga badan yang akan dipakai selalu tersedia ditempat yang dekat untuk diambil.
4.      Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai dirancang mekanismenya yang baik.
5.      Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan terbaik.
6.      Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.
7.      Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya bersikap (mempunyai postur) yang baik.
8.      Tata letak perlatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
                    2.2.1            Prinsip – prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan.
1.      Sebaiknya tangan dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat ditingkatkan.
2.      Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari satu kegunaan..
3.      Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam memegang dan penyimpanan.
4.      Bila setiap jari melakukan gerakan sendiri-sendiri , misalnya seperti pekerjaan mengetik. Bahan yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing – masing jari.
5.      Roda tangan , palang dan peralatan sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga yang minimum
                    2.2.2            Selain itu gerakan – gerakan dapat juga diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:
a.       Effective
1.      Physivcal Basic Division
2.      Objective Basic Division
b.      Inffective
1.      Mental atau semimental Basic Division
2.      Delay
            Gerakan – gerakan Therblig yang digunakan untuk menyususn suatu sistem kerja, harus dibantu dengan MIcromotion Study agar dapat menghasilkan sistem yang baik.

2. 3      Histogram
Apabila data yang diperoleh berukuran besar atau datanya banyak maka untuk memudahkan analisa deskriptif maka data tersebut diringkas menjadi distribusi frekuensi atau tabel frekuensi.
Langkah-langkah dalam penyusunan distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
1.        Menentukan range dimana diperoleh dari selisih antara data terbesar dan data terkecil.
2.        Menetukan banyak kelas (K) dengan cara:
-          Cara umum, bisa ditentukan antara 5 – 15
-          Cara strungest, kelas (K) = 1 + 3,3 Log N
3.      Menentukan panjang kelas (P) yakni range dibagi dengan banyaknya kelas
4.      Menentukan batang kelas I, dengan cara:
-          Mengumpulkan  data terkecil
-          Menggunakan data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang ditentukan.
Setelah itu data disajikan dalam bentuk histogram berdasarkan batas kelas yang telah ditentukan dan banyaknya frekuensi yang telah diperoleh

2. 4      Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku
Waktu siklus adalah waktu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu produk. Dimana rumusnya yaitu:
Waktu Siklus (Ws) =
Waktu Normal adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu produk dalam keadaan standar atau normal. Dimana rumusnya yaitu:
Waktu Normal (Wn) = Ws x P
Dimana : P = Faktor penyesuaian
Waktu Baku adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk dimana dipengaruhi oleh factor penyesuaian dan factor kelonggaran.
Rumusnya yaitu:
Waktu Baku (Wb) = Wn + Wn (1)
2.4.1.      Faktor Penyesuaian
Setelah pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator, ketidak wajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruang yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat telalu singkat atau terlalu panjang waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.
Biasanya penyesuain dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata suatu harga p yang disebut dengan faktor penyesuain. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana kerjanya seorang operator yang dianggap normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaan.
Untuk menyatakan kelonggaran dalam perhitungan  waktu baku langkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk hal tersebut diatas yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan yang tidak terhindarkan. Dua hal yang pertama antara lain dapat diperoleh dari tabel yaitu dengan memperhatikan kondisi-kondisi dan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melalui pengukuran khusus seperti sampling pekerjaan. Biasanya dinyatakan dalam persentase dijumlahkan dan kemudian mengalikan jumlah ini dengan waktu normal yang telah dihitung sebelumnya.
Dari keempat cara penentuan faktor-faktor dari penyesuaian diatas maka yang kami gunakan dalam penyusunan laporan ini adalah cara Wesing House. Cara Wesing House  mengarahkan  penulisan pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja yaitu :
Keterampilan, usaha, kondisi atau konsistensasi. Keterampilan atau skill didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Dan latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ketingkat tertentu saja. Secara psikologis keterampilan merupakan uptitude pekerja untuk pekerjaan yang bersangkutan, keterampilan dapat menurunkan bila telah terlampau lama tidak menangani pekerjan terseburt.
Menghitung waktu siklus rata-rata dengan :
Ws =
Hitung waktu normal dengan :
Wn = Ws x P
Dimana P  adalah faktor-faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, hasil perhitunga waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka faktor penyesuaian  p sama dengan  l, artinya waktu siklus rata-rata normal. jika pekerjaan terlalu lambat  maka untuk menormalkanya pengukur harus memberi harga  pl  dan selanjutnya  pl, jika dianggap bekerja cepet.
Hitung waktu baku dengan :
Wb = Wn + Wn (l)
Dimana  l  adalah kelonggaran yang diberikan pada pekerja untuk menyusuaikan pekerjaan disamping waktu normal. Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan terhindarkan oleh pekerja umumnya, kelonggaran dinyatakan dalam persen dari waktu normal.
Cara menentukan faktor penyesuaian pertama adalah dengan cara persentase. Disini biasanya ditentukan sepenuhnya oleh pengukur melalui pengamatan selama melakukan pengukuran, terlihat bahwa penyusuaian diselesaikan dengan cara yang sederhana, namun terlihat adanya kekurangan dan kurangnya ketelitian sebagai akibat dari kasarnya cara penelitian. Bertolak dari kelemahan ini dikembangkanlah cara-cara lain yang dipandang sebagai cara yang lebih obyektif. Cara-cara ini umumnya memberikan patokan yang dimaksud untuk mengarahkan penilaian pengukuran terhadap kerja operator.
   Kelonggaran diberikan untuk tidak hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, n  yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karena sesuai dari pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal kelonggaran ditambahkan dengan s.

2. 5      Diagram Sebab Akibat (Fish Bone Diagram)
Diagram sebab akibat yang terkenal dengan istilah diagram tulang ikan. Diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Kaoro Ishikawa (Tokyo University) pada tahun 1943.
Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Disamping itu juga dicari penyebab –penyebab sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini metode sumbang saran (Brainstorming Method) yang cukup efektif digunakan untuk mencari factor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail.
Untuk mencari factor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatiakan, yaitu:
1.      Manusia (Man)
2.      Metode kerja (Work-Method)
3.      Mesin (Machine)
4.      Bahan baku (Row Materials)
5.      Lingkungan kerja (Work-Environment)
                                     
Hubungan penyimpangan kualitas dengan factor – factor penyebab tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai