Senin, 04 Maret 2013

ERGONOMI



LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum  ergonomi didefinisikan suatu cabang ilmu yang statis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif sehat, nyaman, dan efisien. Tidak hanya hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan, bahkan juga metoda dan organisasi. (Sutalaksana, 2006)
Semboyan yang digunakan adalah “Sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja dengan pekerjaannya” (Fitting the Task  to the Person and Fitting The Person To The Task). (Sulistiadi, 2003) menyatakan bahawa fokus ilmu ergonomi adalah manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi,  kerja yang terdiri atas mesin, peralatan, lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia tetapi bukan manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan dan bahan.
Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang  meliputi (Menurut Sulistiadi, 2003):
1.           Lingkungan kerja meliputi  kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara , desain peralatan dan lainnya.
2.           Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan: pendidikan, postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya
3.           Bahan-bahan/peralatan kerja  yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan lainnya
4.           Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja,  kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainnya
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari satu disiplin ilmu saja. Oleh sebab itulah untuk mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain psikologi, antropologi, faal kerja atau fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-lain. Masing-masing disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya, para perancang, dalam hal ini para ahli teknik, bertugas untuk meramu masing-masing informasi diatas, dan menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja sehingga mencapai kegunaan yang optimal.
Pengertian lain dari Ergonomi
Ø  Ergonomi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya, (Wignjosoebroto, 2003)
Ø  Ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan, (Nurmianto, 2003)
Ø  Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. (Departemen Kesehatan RI, 2007)
Ø  Ergonomi adalah merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia. (Sutalaksana, 2006)
Ø  Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia dengan tempat kerjanya. Ergonomi antara lain memeriksa kemampuan fisik para pekerja, lingkungan tempat kerja, dan tugas yang dilengkapi dan mengaplikasikan informasi ini dengan desain model alat, perlengkapan, metode-metode kerja yang dibutuhkan tugas menyeluruh dengan aman. (Etchison, 2007).
2.2.  Tujuan dan Pentingnya Ergonomi
Maksud dan tujuan dari disiplin ilmu ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia,  teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal. Human Engineering atau sering juga disebut sebagai ergonomi didefinisikan sebagai perancangan “man-machine interface’, sehingga pekerja dan mesin/produk lainnya bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistem manusia-mesin yang terpadu. (Wignjosoebroto, 2003)
Sasaran dari ilmu ergonomi ini adalah untuk meningkatkan prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi aman, sehat, aman dan tenteram. Aplikasi ilmu ergonomi digunakan untuk perancangan produk, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Dengan mempelajari  tentang ergonomi maka kita dapat mengurangi resiko penyakit, meminimalkan biaya kesehatan,  nyaman saat bekerja dan meningkatkan produktivitas dan kinerja serta memperoleh banyak keuntungan. Oleh karena itu penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut (Sulistiadi, 2003):
1.    Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan kinerja pekerja
2.    Memprediksi potensi   pengaruh  pekerjaan pada tubuh pekerja
3.    Mengevaluasi  kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat bekerja
4.    Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.
5.    Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk meningkatkan produktivitas.
6.    Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja
7.    Meningkatkan  keselamatan kerja
8.    Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan  dan kesejahteraan untuk individu dan institusi.
Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja  dapat diperoleh 3 keuntungan yaitu (Sulistiadi, 2003):
1.    Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
2.    Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja
3.    Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja
Peran ergonomi sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Pendekatan khusus yang ada pada disiplin ilmu ergonomi adalah aplikasi yang statis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas, dan lingkungan kerja yang dipakai. Untuk itu, analisis dan penelitian ergonomi akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan (Wignjosoebroto, 2003):
1.    Anatomi (struktur), fisiologi (pekerjaan), dan antropometri (ukuran) tubuh manusia.
2.    Psikologi dan fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.
3.    Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang, ataupun membuat celaka manusia.
Dengan memperlihatkan hal-hal tersebut, maka penelitian dan pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, antropometri, faal/anatomi, dan teknologi (Wignjosoebroto, 2003).
Ilmu-ilmu ini akan memberikan modal dasar untuk mengatasi masalah posisi kerja dan pergerakan manusia ditempat kerja. Hal ini dimaksudkan untuk:
1.    Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.
2.    Memperbaiki performasi kerja (menambah kecepatan kerja, keakuratan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja)
3.    Memperbaiki penggunaan pemberdayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang digunakan
4.    Mengurangi waktu dan biaya pelatihan
5.    Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia, serta meminimasi kerusakan peralatan yang disebabkan oleh human error.
2.3   Pendekatan Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun Kerja
Berkaitan dengan perancangan areal atau stasiun kerja dalam suatu rancangan industri, menurut (Wignjosoebroto, 2003), ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:
1.    Sikap dan posisi kerja
Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja sangat penting, tidak peduli apakah pekerjaan tersebut dilakukan dengan posisi kerja berdiri, duduk, atau posisi kerja yang lainnya. Beberapa pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut:
a.    Antropometri dan mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus dirancang dengan mempertimbangkan fasilitas kerja seperti meja, kursi, dan lain-lain yang sesuai dengan data antropometri. Hal ini agar operator dapat menjaga sikap dan posisi kerjanya tetap normal.
b.    Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal.
c.    Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada pada posisi miring, sedapat mungkin menghindari cara kerja yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi terlentang dan tengkurap.
d.   Operator tidak seharusnya dipaksa dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku normal.
e.    Dimensi Ruang Kerja
Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia termasuk disini adalah ukuran linier, berat, volume, ruang gerak, dan lain-lain.
Persyaratan ergonomis mensyaratkan supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya, khususnya menyangkut dimensi ukuran tubuh.
Dalam memperhatikan dimensi ruang kerja perlu diperhatikan antara lain jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh perator, batasan-batasan ruang yang enak cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
  1. Kondisi Lingkungan Kerja
Operator diharapkan mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperature, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain-lain. Adanya lingkungan fisik kerja yang bising, panas bergetar atau atmosfir yang tercemar akan memberikan dampak negatif terhadap ferforma maupun moral dan motifasi operator.
  1. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja
Perancangan sistem kerja haruslah mempertimbangkan prosedur-prosedur untuk mengkombinasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu industi, karena hal ini akan memudahkan modifikasi yang diperlukan terhadap hard ware, prosedur kerja dan lain-lain.
Beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja adalah:
1.    Organisasi fasilitas kerja sehingga operator mudah akan mengetahui lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir, atau scrap), suku cadang, peralatan kerja, mekanisme kontrol, display, dan lain-lain.
2.    Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja kerja, kursi dan lain-lain) dengan dimensi yang sesuai dengan antropometri pekerja dalam range 5 persentil sampai 95 persentil. Biasanya untuk merancang lokasi jarak jangkauan yang akan dipergunakan oleh operator dengan menggunakan jarak jangkauan persentil terpendek (5 persentil), sedangkan untuk lokasi kerja yang membutuhkan clearance akan dipergunakan data terbesar (95 persentil)
3.    Atur pengiriman material ataupun peralatan secara teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau peralatan kerja yang dibutuhkan
4.    Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi keseimbangan kerja antara tangan kiri dan tangan kanan. Diharapkan operator dapat memulai dan mengakhiri gerakan kedua tangannya secara serentak dan menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur pada saat yang bersamaan.
5.    Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses produksi. Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas kerja sesuai dengan aliran proses yang ada. Hal ini berguna untuk meminimalkan jarak perpindahan material selama proses produksi berlangsung.
6.    Energi kerja yang dikonsumsikan
Energi kerja yang dikonsumsikan pada saat seseorang melakukan kegiatan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Dengan adanya perancangan kerja seharusnya dapat menghemat energi yang harus dikonsumsikan. Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi gerakan dalam tahap perancangan dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalakan energi yang harus di konsumsikan dan dapat meningkatkan efisiensi sehingga bisa meningkatkan output yang dihasilkan.
2.4   Manusia Sebagai Komponen Manusia Mesin
Secara umum manusia dapat didefenisikan sebagai Set Object Together With Relation Ship Between The Object and Between The Atributes. Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan-perubahan yang timbul dilingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan elemen dari sistem tersebut. Suatu sistem dapat dibagi ke dalam sub sistem dan seterusnya. Dalam kaitanya dengan aktifitas dan kegiatan manusia sebagai suatu sistem akan dapat pula ke dalam job operation (sub sistem), position (job sub sisrem) duites (komponen) task (unit-unit), sub task (sprata), task elemen yang dimaksud dengan sistem manusia mesin adalah merupakan suatu kombinasi antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.
Yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini mempunyai arti yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang dipergunakan manusia dalam pelaksanaan pekerjaannya.
Dalam kaitannya dengan sistem manusia mesin, maka ada tiga macam hubungan yaitu :
  1. Sistem manusia mesin hubungan manual
  2. Sistem manusia mesin hubungan semi otomatis
  3. Sistem manusia mesin hubungan otomatis

2.4.1 Sistem Manusia Mesin Hubungan Manual
Dalam sistem ini input akan berlangsung diOutput contohnya seorang melakukan pekerjaan dengan menggunakan suatu pekerjaan dengan menggunakan suatu peralatan sederhana seperti kikir untuk menghaluskan benda kerja. Disini manusia masih memegang kendali yang penuh dalam melaksanakan akitifitas. Peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan dan kepabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sistem dimana manusia secara penuh berfungsi sebagai sumber tenaga pengendali langsung dikenal langsung sebagai manusia mesin.
2.4.2 Sistem Manusia Hubungan Semi Otomatis
Adanya revolusi industri dan perkembangannya maka  berhasil ditemukan berbagai mesin kompleks. Tida seperti pada halnya manual sistem, maka dalam Semi Otomatis Man Machine System akan ada mekanisme khusus yang akan mengolah input informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu melalui dan dengan cara mekanisme tertentu sebelum output berhasil diproses.
Contoh dalam hal ini adalah apa yang terjadi dari sebuah mobil. Adanya instrument-instrumen atau display panel dalam mobil akan menunjukkan suatu kecepatan mobil yang sedang berjalan dan jumlah bahan bakar yang masih ada di dalam tangki yang masih ada di dalam tangki mobil. Disini merupakan manusia sebagai pengemudi mobil tidak akan bisa secara langsung mengendalikan dari sumber tenaga penggerak mobil ini secara langsung karena dalam sistem ini mesinlah yang akan membagi tenaga yang mampu membuat sistem berjalan. Manusia di sisni akan melaksanakan kontrol memekai sensor input lewat display dan peralatan lainnya seperti kemudi, rem, gas dan lainnya. Sistem dimana mesin memberikan power (tenaga) dan manusia akan dapat melaksanakan fungsi control.
2.4.3 Sistem Manusia Mesin Hubungan Otomatis
Pada sistem yang berlangsung secara otomatis maka disini mesin akan melaksanakan dua fungsi yaitu menerima rangsangan dari luar (sensing) dan para pengendali efektifitas seperti umumnya yang dapat dijumpai dalam prosedur kerja yang normal. Fungsi operator disini hanya memonitor dan menjaga mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau menggantikan program-program baru apabila diperlukan.
Penyelidikan terhadap fungsi mesin-mesin adalah didasarkan atau suatu kenyetaan bahwa antara manusia dengan mesin. Dengan memperhatikan dari kealebihan dan kekurangan masing-masing, maka akan diperoleh tabel perbandingan manusia dan mesin. Dari perbedaan kemampuan antara manusia dengan mesin tersebut, maka diharapkan dapat membuat suatu hubungan sistem manusia mesin akan bisa melengkapi satu sama lainnya.
Di sini dapat dilihat bahawa kelebihan utama manusia dengan mesin adalah sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia bisa berubah peranannya dengan cepat dan teratur sehingga memungkinkan untuk bekerja dalam kondisi apapun dan sifat yang berubah-ubah dari manusia ini juga akan membuktikan sifat ketidakstabilian, yaitu cara atau apa yang belum dihasilkan sekarang belum tentu sama dan apa yang dihasilkan untuk masa yang akan datang. Hal ini berbeda dengan sifat mesin yang lebih sangat stabil bila dibandingkan dengan manusia. Dengan kata lain dari sistem manusia mesin pada hakekatnya akan lebih dipengaruhi oleh kemampuan dan sesuatu keterbatasan manusia.
Dengan mempelajari komponen manusia sebagai salah satu komponen sistem manusia mesin yang terdiri dari manusia, peralatan, dan lingkungan kerja fisik, akan dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Ergonomi sebagai disiplin ilmu baru akan memerlukan informasi-informasi yang berkaitan dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Hal ini memberikan penjelasan yang jelas dan efektif.
    2.4.4. Kemampuan dan Keterbatasan manusia
Untuk dapat menerapkan ergonomi, perlu adanya suatu informasi-informasi yang lengkap mengenai kemampuan dan segala keterbatasan manusia. Salah satu usaha untuk meraih informasi ini adalah dengan melakukan berbagai macam penyeledikan, dan pembahasannya akan dilakukan menurut empat kelompok besar yaitu :
a.    Penyelidikan tentang display, yaitu bagian lingkungan yang mengkomunikasikan keadaan kepada manusia
b.    Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya. Dalam hal ini yang diselidiki adalah aktifitas manusia ketika aktifitas tersebut yang paling berpengaruh banyak hubungan dengan biomekanik.
c.    Penyelidikan mengenai tempat kerja. Agar diperoleh suatu tempat kerja yang baik dalam arti kata sesuai dengan kemampuan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran  dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia.
d.   Penyelidikan mengenai lingkungan fisik. Yang dimaksud lingkungan fisik di sini meliputi ruangan dan fasilitas yang bisa digunakan oleh manusia, serta kondisi dari lingkungan kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia
2.5    Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimal hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini bisa dinyatakan dalam persen. Sedangkan tingkat kepercayaan menunjukkan besarnya suatu kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperolehnya dapat memenuhi syarat ketelitian tadi.
Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat kepercayaannya 90% memberi arti bahwa membolehkan rata-rata hasil pengukuran menyimpan sejauh 10 dari rata-rata sebenarnaya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 90%.
2.6  Uji  Statistik
2.6.1.Tes Keseragaman Data
Tes keseragaman data perlu kita lakukan dahulu sebelum kita menggunakan data guna mendapatkan suatu standart. Tes keseragaman data biasa dilakukan cara visual atau mengaplikasikan peta control.
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana, mudah dan tepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpan dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu eksrtim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhiungan selanjutnya.
Misalnya pengukuran yang telah dilakukandan hasil 16 data, kelompokkan ke 16 data tersebut dalam sub group yang kemudian dilakukan langkah-langkah dai pengukuran sebagai berikut :
a. Menghitung harga rata-rata dari rata-rata setiap sub group. 
     atau    
Dimana :       X = harga rata-rata dari group ke-1
                     N = banyaknya data
                     K = banyaknya sub group yang terjadi
b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan:
Dimana: N =  Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.
X = Waktu penyelesaian yang diambil dari pengukuran yang telah dilakukan                     
c. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :
Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan dalam mengetes keseragaman data dari hasil pengamatan X untuk setiap group data apabila diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :
BKA
BKB
Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk group data bisa dicari dengan formulasi berikut :
BKA            = X + 2
BKB = X - 2
2.6.2.Test Kecukupan Data dan Tes Kenormalan Data
Jika ternyata rata-rata sub group berada dalam batas yang terkontrol, maka pengukuran yang digunakan yaitu dengan menggunakan tingkat ketelitian 5%, tingkat kepercayaan 95% maka dapat diperoleh rumus sebagai berikut:
                    
Dimana : N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
Seandainya jumlah pengukuran yang diperoleh dan ternyata lebih besar dari pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’ < N) maka pengukuran tahap ketiga harus dilakukan demikian seterusnya  sampai pengukuran yang diperlukan dengan jumlah yang ditetapkan (N’ < N). Test kenormalan data dapat dilakukan dengan sampel acak berukuran n, rata – rata x dan simpangan baku s untuk keperluan pengujian kita harus menghitung frekuensi teoritik Ei dan mengetahui frekuensi nyata atau hasil pengamatan Oi. Frekuensi Oi jelas didapatkan dari sampel masing – masing menyatakan frekuensi dalam tiap kelas interval. Harga Ei didapatkan dari hasil kali antara n dengan peluang atau luas dibawah kurva normal untuk interval yang bersangkutan selanjutnya statistic dihitung dengan rumus:
Dimana:    = tingkat ketelitian 5%
               K   = Jumlah kelas
Untuk mencari nilai , data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
·         Data kelas interval
·         Data frekuensi dari tiap kelas interval.
Data ini diperoleh pada tabel distribusi frekuensi
Data lain yang harus diketahui adalah:
·         Besarnya Z untuk setiap kelas interval. Rumus untuk mencari nilai Z adalah sebagai berikut:
·         Dimana Xo = batas kelas interval
·         Besarnya luas kelas interval (D)
·         Besarnya jumlah pengamatan yang diperlukan (E). Rumus untuk mencari nilai E adalah E = D * N
2.6.3.Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi umumnya dianggap sebagai suatu bentuk penyusunan yang teratur mengenai suatu rangkaian data dengan menggolongkan besar kecilnya angka-angka yang bervariasi ke dalam kelas-kelas tertentu.
2.6.4.Histogram
Histogram seringkali dianggap sebagai grafik frekuensi yang bertangga. Salah satu fungsi dari fungsi histogram yang terpenting adalah menggambarkan beda antara kelas dalam sebuah distribusi. Hal ini akan dipermudah bila disrtibusi frekuenasi memiliki interval yang sama bagi tiap-tiap kelas.
2.6.5.Tes Persentil
Jika sekumpulan data dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan menghasilkan persentil yang berturut – turut yang dinamakan persentil pertama sampai dengan persentil sembilan puluh sembilan. Symbol yang digunakan berurutan adalah P1, P2, …,P99. letak persentil Pi (I = 1, 2, 3,...,99). Untuk sekumpulan data digunakan rumus:
Letak Pi = data ke….
Sedangkan rumus dari Pi adalah sebagai berikut:
dimana :       bk = batas bawah kelas
                     P   = Panjang kelas
                     N   = banyaknya data
                     F    = Frekuensi sebelum Pi
                     F    = Frekuensi sesudah Pi
2.6.6.Tes  Varians
Dalam hal ini akan diuji kesamaan K (K 2), sebuah rata-rata populasi. Tepatnya misalkan kita uji mempunyai K, (K 2) sebuah populasi yang ,masing-masing berdistribusi normal dan independent dengan rata-rata 1,2,…,K dan simpangan baku yang berturut-turut.
Untuk menguji Ho dan Hi, yang kita bicarakan. Varias yang kita gunakan adalah varians antara kelompok dengan varians dalam kelompok, dengan persyaratan tentang populasi seperti diantara ternyata bahwa rasio varians dan kelompok bentuk statistic F, tepatnya:
Untuk memudahkan perhitungan digunakan symbol:
 dengan
= jumlah kuadrat (JK) dari semua data pengamatan
Ry, Ay, Dy, dan  merupakan jumlah kuadrat (JK) yang berurut berdasarkan sumber varians rata-rata antara kelompok, dalam kelompok dan totalnya. Setiap JK sumber varians didampingi oleh derajat kebebasan 9 dk. Untuk rata – rata dk = (K-10) dan untuk kelompok dk = (ni-1) dan untuk tabel dk = ni. Untuk memudahkan menganalisa satuan JK dan Ry, Ay, Dy, dan , harus disusun dalam daftar analisa varians dalam tabel anava:
Tabel anova:
Sumber Varians
Dk
JK
KT
F
Rata – Rata
1
Ry

Antar Kelompok
K – 1
Ay
Dalam Kelompok
(ni – 1)
Dy



2.7.  Rapid Entire Body Assessment (REBA)

          Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr.sue Hignett dan Dr.lynn Mc Atamney merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottinghann’s Institute Of Occuptional Ergonomic).
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher ,punggung,lengan pergelangan tangan dan kaki secara operator.selai itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling,beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas oleh pekerja . Penilaian menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu  yang lama melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktifitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney.2000)
Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur,kekuatan,aktifitas dan faktor copling yang menimbulkan cidera akibat aktifitas yang berulang-ulang.Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara memberikan skor resiko antar satu samai lima belas,yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (Bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja.Hal ini berati bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang teliti bebas dari ergonomic hazard REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan segera mungkin.
REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan.Pemeriksaan REBA dapat dilakukan ditempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerjaan.Pengembangan REBA terjadi dalam Empat tahap :
  1. Mengambil data postur kerja dengan menggunakan bantuan vidio atau foto
  2. Menetukan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja
  3. Menetukan berat badan yang diangkat,penetuan copling dan pentuan aktifitas kerja.
  4. Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan
Dengan didapatkanya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tidakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan model REBA melalui tahapan-tahapan sebagai berikut (Hignett dan Mc Atamney.2000)
  1. Penganbilan data pistur pekerja dengan  menggunakan vidio tau foto.Untuk mendapatkan gambar sikap (Postur)pekerja dari leher , punggung , lengan , pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merkam atau memotret postur tubuh pekerja.Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan mendapatkan postur tubuh secara detail (Valid) sehingga dari hasil rekaman  dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya
  2. Penetuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.
Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh pekerja dilakukan perhitungan besar sudut masing-masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh) , leher , lengan atas , lengan bawah , pergelangan tangan dan kaki.
                        Pada model REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu Grup A dan Grup B.Grup A merupakan punggung (Batang Tubuh),leher dan kaki.Sementara Grup B meliputi lengan atas , lengan bawah, pergelangan tangan   dari sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya,kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing-masing tabel.
Tabel Skor 2.7.1.skor pergerakan punggung.
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
Tegak / Alamiah
1
+ 1  jika memutar /  miring kesamping
00 - 200 flexio
00 - 200 extersion
2
200 – 600 flexion
>200 extension
3
>600 flexion
4

Tabel skor 2.7.2. pergerakan leher
Pergerakan
Skor
Perubahan  Skor
00-200  flexion
1
+1 jika memutar/miring kesamping
>200  flexion atau extension
2

2.8.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
  1. Penerangan/cahaya di tempat kerja
  2. Temperatur/suhu udara di tempat kerja
  3. Kelembaban di tempat kerja
  4. Sirkulasi udara di tempat kerja
  5. Kebisingan di tempat kerja
  6. Getaran mekanis di tempat kerja
  7. Bau tidak sedap ditempat kerja
  8. Tata warna di tempat kerja
  9. Dekorasi di tempat kerja
  10. Musik di tempat kerja
  11. Keamanan di tempat kerja
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan dengan kemampuan manusia, yaitu :
1.    Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
Ø  Cahaya langsung
Ø  Cahaya setengah langsung
Ø  Cahaya tidak langsung
Ø  Cahaya setengah tidak langsung
2.     Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih  dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
3.    Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia  pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4.     Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan kotor  apabila kadar oksigen,  dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
5.    Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a.       Lamanya kebisingan
b.      Intensitas kebisingan
c.       Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6.    Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
a.    Kosentrasi bekerja
b.    Datangnya kelelahan
c.    Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain.
7.    Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8.    Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.
9.    Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.
10.     Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11.     Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM)

2.9.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja
Keberhasilan kerja manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor individual dan faktor situasional. Sesuai dengan namanya, faktor pertama terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan semuanya adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat dirubah. Artinya, faktor - faktor yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada dan harus dapat diterima seadanya.
Berbeda dengan yang pertama, faktor kedua terdiri dari faktor - faktor yang hampir sepenuhnya dapat diatur dan dapat dirubah, dan faktor-faktor ini berada diluar diri pekerja. Pemimpin perusahaanlah yang berhak merubahnya, karenanya faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor management. Kelompok-kelompok faktor situasional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasiannya, dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan.
Dengan dasar pengetahuan ini, adalah tugas pimpinan untuk mengatur semua faktor-faktor yang dikuasainya dan menjalinnya dengan faktor-faktor diri pekerja untuk menciptakan suatu keadaan yang memberikan keberhasilan tinggi.
2.10.   Lingkungan Kerja, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dan Produktivitas Kerja
Lingkungan kerja atau tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketilitian. Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Seorang pekerja akan mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan yang baik pula sehingga dicapai hasil yang optimal.
Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat bekerja sangat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Seorang pekerja akan mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik sehingga didapatkan hasil yang optimal. Lingkungan kerja adalah tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidak sesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketelitian.
2.11.   Pengaruh Kebisingan di Tempat Kerja
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat merusak pendengaran, mengganggu ketenamgan bekerja, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian.
Ada tiga aspek yang menentukan kwalitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, intensitas, dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengar kebisingan makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin berkurang.
Kebisingan diatas batas-batas normal (85 dB; decibel = satuan kepekaan suara) perlu disisihkan dari tempat-tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf karyawan, mengurangi keletihan mental, dan meningkatkan moral kerja.
Pengendalian atas kebisingan dan getaran yang biasa adalah sebagai berikut :
Ø  Bagian-bagian bergerak dari seluruh mesin, perlengkapan, dan peralatan harus senantiasa diberi minyak pelumas dan gemuk.
Ø  Cegah penggunaan mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan diatas 95 dB.
Ø  Pergunakan peredam getaran seperti tegel akustik, karet, dan barang-barang lain yang sejenis.
Ø  Sumber-sumber getaran harus diisolasi. Misalnya , hendaknya generator diletakkan didalam tanah
Ø  Permukaan tembok dan langit-langit sedapat mungkin dilapisi dengan tegel akustik
Ø  Lengkapi karyawan yang bekerja di tempat-tempat sumber kebisingan diatas 95 dB dengan alat penyumbat telinga
Telah jelas bagi kita bahwa kondisi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap keadaan kerja manusia maka manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari faktor pribadinya (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang datang dari luar dan akan dibahas dalam kesempatan ini ialah lingkungan kerja dimana manusia melaksanakan kegiatannya. Adalah suatu kenyataan bahwasannya lingkungan kerja berpengaruh terhadap hasil kerja manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan akan tercapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, sebaliknya bisa dikatakan, bahwa suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, manusia dapat melaksanakan kegiatannya dengan optimal, dengan sehat, aman dan selamat.
Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak tentunya. Tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif.
Suatu kondisi lingkungan kerja yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini, dan tentu saja pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam pencapaian hasil dari pengujian ini.
Sebagaimana yang kita ketahui terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja diantaranya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, warna dan bau-bauan.
Tabel 2.11.1. Skala Intesitas Kebisingan

Desibel (dB)
Batas dengar tertinggi
Menulikan
120
110
100
Halilintar
Meriam
Mesin Uap
Sangat hiruk
100
90



Jalan hiruk-pikuk



Perusahaan sanga
80
t gaduh
Pluit polisi
Kuat
80
70
60
Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
Sedang
60
Rumah gaduh


Kantor umumnya
Percakapan kuat
Radio perlahan

50

40
Tenang
40
30
20
Rumah tenang
Kantor perorangan
Auditorium
Percakapan
Sangat tenang
20
10
0
Suara daun-daun
Berisik
Batas dengar terendah

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut bisa berasal dari pribadi (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern). Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan – tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini. Selain itu pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini
Dengan kata lain lingkungan kerja sangat penting dalam kehidupan manusia dalam melakukan pekerjaan. Teknologi sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil optimal dalam melakukan pekerjaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja, serta bila perlu teknologi digunakan untuk mengendalikan lingkungan kerja.Itulah sebabnya lingkungan kerja harus dapat dirancang sebaik mungkin sehinggga dapat diharapkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada pemakaiannya dan akhirnya menghasilkan produktivitas yang baik.
2.12.    Antropometri
Displin ilmu ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia adalah antropometri. Data antropometri diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik. Lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja.
Secara umum lingkungan fisik terbagi dalam dua kategori, yaitu :
Ø  Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja tersebut. Contoh: stasiun kerja, kursi, meja dan sebagainya.
Ø  Lingkungan perantara atau lingkungan umum. Contoh: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain.
Untuk bisa meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap para pekerja, maka yang harus kita lakukan adalah mempelajari manusia baik mengenai sifat dan tingkah lakunya serta keadaan fisiknya.
Antropometri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume, dan berat) serta penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.
Penelitian awal tentang dimensi tubuh manusia dimulai sejak awal abad ke-14 dan sampai pada abad ke-19 barulah dapat dihasilkan data anthropometri yang lengkap. Metode pengukuran ini distandarisasikan selama periode awal sampai pertengahan abad ke-20. Dan belakangan ini adalah yang dilakukan pada tahun 1980-an oleh International Organization For Standarisation.
Antropometri terbagi atas dua cara pengukuran yaitu antropometri statis dan anthropometri dinamis.
1.         Antropometri Statis
Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh. Anthropometri statis berhubungan dengan pengukuran dengan keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh, ukuran kepala, panjang lengan dan sebagainya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
Ø Umur
Ø Jenis kelamin
Ø Suku bangsa
Ø Pekerjaan
2.         Antropometri dinamis
Antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan kegiataannya.
Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis yaitu:
Ø Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas
Ø Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja
Ø Pengukuran variabilitas kerja
Pengukuran Anthropometri bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan.
Sementara itu ruang lingkup utama dari data anthropometri antara lain adalah :
a.                   Desain pakaian
b.                  Desain tempat kerja
c.                   Desain dari lingkungan
d.                  Desain peralatan, perkakas dan mesin-mesin
e.                   Desain produk konsumer
Contoh-contoh dari aplikasi data antropometri misalnya : kaus kaki, kursi, helm, sepeda, meja dapur, perkakas tangan, tempat tidur, meja, interior mobil, mesin produksi, dan sebagainya. Seorang desainer seharusnya memperhatikan aspek dimensi tubuh dari populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangannya tersebut. Dalam hal ini, harus ada semacam target, misalnya sedikitnya 90 sampai 95 % dari populasi harus dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.
Hal ini sangat diharapkan di banyak situasi dan kondisi di mana mesin atau peralatan yang dioperasikan membutuhkan human interchangeability, di mana hal tersebut dapat dicapai dengan membuat rancangan yang dapat disesuaikan (adjustable design). Contoh kasus adalah pada kursi mobil untuk pengemudi, di mana kursi seharusnya dapat disesuaikan di berbagai variasi gerakan dan kedudukan pada waktu mengemudi supaya si pengemudi merasa nyaman. Orang yang bertubuh pendek mungkin tidak akan bisa menjangkau kontrol yang dilakukan dengan kaki, yaitu pedal gas, pedal rem dan pedal klos tanpa kursi yang bisa disesuaikan dengan cara digerakkan maju/mundur.
Selain itu, penyesuaian juga mutlak diperlukan jika merancang sesuatu yang akan digunakan oleh populasi yang luas, misalnya untuk produk-produk yang diekspor, dimana pemakai adalah populasi di seluruh dunia yang berbeda-beda dimensi dan ukuran tubuhnya.