LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang
berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat
juga dapat diartikan aturan/hukum dalam bekerja. Secara umum ergonomi
didefinisikan suatu cabang ilmu yang statis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu,
dengan efektif sehat, nyaman, dan efisien. Tidak hanya hubungannya dengan alat,
ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur
sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan, bahkan juga metoda dan
organisasi. (Sutalaksana, 2006)
Semboyan yang digunakan adalah “Sesuaikan pekerjaan
dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja dengan pekerjaannya” (Fitting the
Task to the Person and Fitting The Person To The Task). (Sulistiadi,
2003) menyatakan bahawa fokus ilmu ergonomi adalah manusia itu sendiri dalam
arti dengan kaca mata ergonomi, kerja yang terdiri atas mesin, peralatan,
lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia tetapi bukan manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan
lingkungan dan bahan.
Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang meliputi
(Menurut Sulistiadi, 2003):
1.
Lingkungan
kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi udara
, desain peralatan dan lainnya.
2.
Persyaratan
fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan:
pendidikan, postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya
3.
Bahan-bahan/peralatan
kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja: pisau, palu, barang
pecah belah, zat kimia dan lainnya
4.
Interaksi
antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan
keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar
operasional prosedur dan lainnya
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan
makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau
dari satu disiplin ilmu saja. Oleh sebab itulah untuk mengembangkan ergonomi
diperlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain psikologi,
antropologi, faal kerja atau fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja,
fisika dan lain-lain. Masing-masing disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai
pemberi informasi. Pada gilirannya, para perancang, dalam hal ini para ahli
teknik, bertugas untuk meramu masing-masing informasi diatas, dan
menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja sehingga
mencapai kegunaan yang optimal.
Pengertian lain dari Ergonomi
Ø
Ergonomi merupakan disiplin keilmuan yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya, (Wignjosoebroto, 2003)
Ø
Ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan, (Nurmianto,
2003)
Ø
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi
ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain
berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia. (Departemen Kesehatan RI, 2007)
Ø
Ergonomi adalah merupakan suatu cabang ilmu yang
mempelajari sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia. (Sutalaksana, 2006)
Ø
Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan
interaksi antara manusia dengan tempat kerjanya. Ergonomi antara lain memeriksa
kemampuan fisik para pekerja, lingkungan tempat kerja, dan tugas yang
dilengkapi dan mengaplikasikan informasi ini dengan desain model alat,
perlengkapan, metode-metode kerja yang dibutuhkan tugas menyeluruh dengan aman.
(Etchison, 2007).
2.2. Tujuan dan
Pentingnya Ergonomi
Maksud dan tujuan dari disiplin ilmu ergonomi adalah
mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan
interaksi manusia, teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan
adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal. Human
Engineering atau sering juga disebut sebagai ergonomi didefinisikan sebagai
perancangan “man-machine interface’, sehingga pekerja dan mesin/produk lainnya
bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai sistem manusia-mesin yang
terpadu. (Wignjosoebroto, 2003)
Sasaran dari ilmu ergonomi ini adalah untuk
meningkatkan prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi aman, sehat, aman dan
tenteram. Aplikasi ilmu ergonomi digunakan untuk perancangan produk, meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktivitas kerja. Dengan
mempelajari tentang ergonomi maka kita dapat mengurangi resiko penyakit,
meminimalkan biaya kesehatan, nyaman saat bekerja dan meningkatkan
produktivitas dan kinerja serta memperoleh banyak keuntungan. Oleh karena itu
penerapan prinsip ergonomi di tempat kerja diharapkan dapat menghasilkan
beberapa manfaat sebagai berikut (Sulistiadi, 2003):
1.
Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan
pada diri pekerja dan kinerja pekerja
2.
Memprediksi potensi pengaruh
pekerjaan pada tubuh pekerja
3.
Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan
kerja dengan pekerja saat bekerja
4.
Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan
kesesuaian antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.
5.
Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja
untuk meningkatkan produktivitas.
6.
Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit
akibat kerja
7.
Meningkatkan keselamatan kerja
8.
Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan
dan kesejahteraan untuk individu dan institusi.
Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat
kerja dapat diperoleh 3 keuntungan yaitu (Sulistiadi, 2003):
1.
Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
2.
Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja
3.
Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja
Peran ergonomi sangat besar dalam menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat. Pendekatan khusus yang ada pada disiplin
ilmu ergonomi adalah aplikasi yang statis dari segala informasi yang relevan
yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan
peralatan, fasilitas, dan lingkungan kerja yang dipakai. Untuk itu, analisis
dan penelitian ergonomi akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
(Wignjosoebroto, 2003):
1.
Anatomi (struktur), fisiologi (pekerjaan), dan
antropometri (ukuran) tubuh manusia.
2.
Psikologi dan fisiologis mengenai berfungsinya otak dan
sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.
3.
Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam
waktu yang pendek maupun panjang, ataupun membuat celaka manusia.
Dengan memperlihatkan hal-hal tersebut, maka
penelitian dan pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan dari berbagai
disiplin ilmu seperti psikologi, antropometri, faal/anatomi, dan teknologi
(Wignjosoebroto, 2003).
Ilmu-ilmu ini akan memberikan modal dasar untuk
mengatasi masalah posisi kerja dan pergerakan manusia ditempat kerja. Hal ini
dimaksudkan untuk:
1.
Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.
2.
Memperbaiki performasi kerja (menambah kecepatan kerja,
keakuratan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja)
3.
Memperbaiki penggunaan pemberdayagunaan sumber daya
manusia melalui peningkatan keterampilan yang digunakan
4.
Mengurangi waktu dan biaya pelatihan
5.
Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia, serta
meminimasi kerusakan peralatan yang disebabkan oleh human error.
2.3 Pendekatan
Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun Kerja
Berkaitan dengan perancangan areal atau stasiun kerja
dalam suatu rancangan industri, menurut (Wignjosoebroto, 2003), ada beberapa
aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Sikap dan posisi kerja
Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja
sangat penting, tidak peduli apakah pekerjaan tersebut dilakukan dengan posisi
kerja berdiri, duduk, atau posisi kerja yang lainnya. Beberapa pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
a.
Antropometri dan mengurangi keharusan operator untuk
bekerja dengan sikap membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau
dalam jangka waktu lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus
dirancang dengan mempertimbangkan fasilitas kerja seperti meja, kursi, dan
lain-lain yang sesuai dengan data antropometri. Hal ini agar operator dapat
menjaga sikap dan posisi kerjanya tetap normal.
b.
Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan
maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan
dalam jarak jangkauan normal.
c.
Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat
bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada pada
posisi miring, sedapat mungkin menghindari cara kerja yang memaksa operator
harus bekerja dengan posisi terlentang dan tengkurap.
d.
Operator tidak seharusnya dipaksa dalam frekuensi atau
periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas
level siku normal.
e.
Dimensi Ruang Kerja
Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran
fisik atau fungsi dari tubuh manusia termasuk disini adalah ukuran linier,
berat, volume, ruang gerak, dan lain-lain.
Persyaratan ergonomis mensyaratkan supaya peralatan
dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya, khususnya
menyangkut dimensi ukuran tubuh.
Dalam memperhatikan dimensi ruang kerja perlu
diperhatikan antara lain jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh perator,
batasan-batasan ruang yang enak cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan
kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
- Kondisi Lingkungan Kerja
Operator diharapkan mampu beradaptasi dengan situasi
dan kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperature,
kelembaban, getaran, kebisingan dan lain-lain. Adanya lingkungan fisik kerja
yang bising, panas bergetar atau atmosfir yang tercemar akan memberikan dampak
negatif terhadap ferforma maupun moral dan motifasi operator.
- Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja
Perancangan sistem kerja haruslah mempertimbangkan
prosedur-prosedur untuk mengkombinasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat
memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai
prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari
suatu industi, karena hal ini akan memudahkan modifikasi yang diperlukan
terhadap hard ware, prosedur kerja dan lain-lain.
Beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan stasiun kerja adalah:
1.
Organisasi fasilitas kerja sehingga operator mudah akan
mengetahui lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir, atau scrap),
suku cadang, peralatan kerja, mekanisme kontrol, display, dan lain-lain.
2.
Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja kerja,
kursi dan lain-lain) dengan dimensi yang sesuai dengan antropometri pekerja
dalam range 5 persentil sampai 95 persentil. Biasanya untuk merancang lokasi
jarak jangkauan yang akan dipergunakan oleh operator dengan menggunakan jarak
jangkauan persentil terpendek (5 persentil), sedangkan untuk lokasi kerja yang
membutuhkan clearance akan dipergunakan data terbesar (95 persentil)
3.
Atur pengiriman material ataupun peralatan secara
teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak
seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau peralatan
kerja yang dibutuhkan
4.
Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga
akan terjadi keseimbangan kerja antara tangan kiri dan tangan kanan. Diharapkan
operator dapat memulai dan mengakhiri gerakan kedua tangannya secara serentak
dan menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur pada saat yang bersamaan.
5.
Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran
proses produksi. Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas
kerja sesuai dengan aliran proses yang ada. Hal ini berguna untuk meminimalkan
jarak perpindahan material selama proses produksi berlangsung.
6.
Energi kerja yang dikonsumsikan
Energi kerja yang dikonsumsikan pada saat seseorang
melakukan kegiatan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Dengan
adanya perancangan kerja seharusnya dapat menghemat energi yang harus
dikonsumsikan. Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi gerakan dalam tahap perancangan
dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalakan energi yang
harus di konsumsikan dan dapat meningkatkan efisiensi sehingga bisa
meningkatkan output yang dihasilkan.
2.4 Manusia
Sebagai Komponen Manusia Mesin
Secara umum manusia dapat didefenisikan sebagai Set
Object Together With Relation Ship Between The Object and Between The
Atributes. Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan dan
perubahan-perubahan yang timbul dilingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan
elemen dari sistem tersebut. Suatu sistem dapat dibagi ke dalam sub sistem dan
seterusnya. Dalam kaitanya dengan aktifitas dan kegiatan manusia sebagai suatu
sistem akan dapat pula ke dalam job operation (sub sistem), position (job sub
sisrem) duites (komponen) task (unit-unit), sub task (sprata), task elemen yang
dimaksud dengan sistem manusia mesin adalah merupakan suatu kombinasi antara
satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan
keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh.
Yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini mempunyai
arti yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan,
fasilitas dan benda-benda yang dipergunakan manusia dalam pelaksanaan
pekerjaannya.
Dalam kaitannya dengan sistem manusia mesin, maka ada
tiga macam hubungan yaitu :
- Sistem manusia mesin hubungan manual
- Sistem manusia mesin hubungan semi otomatis
- Sistem manusia mesin hubungan otomatis
2.4.1 Sistem Manusia Mesin
Hubungan Manual
Dalam sistem ini input akan berlangsung diOutput
contohnya seorang melakukan pekerjaan dengan menggunakan suatu pekerjaan dengan
menggunakan suatu peralatan sederhana seperti kikir untuk menghaluskan benda
kerja. Disini manusia masih memegang kendali yang penuh dalam melaksanakan
akitifitas. Peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan dan
kepabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sistem
dimana manusia secara penuh berfungsi sebagai sumber tenaga pengendali langsung
dikenal langsung sebagai manusia mesin.
2.4.2 Sistem Manusia Hubungan Semi
Otomatis
Adanya revolusi industri dan perkembangannya maka berhasil ditemukan berbagai mesin kompleks.
Tida seperti pada halnya manual sistem, maka dalam Semi Otomatis Man Machine
System akan ada mekanisme khusus yang akan mengolah input informasi dari luar
sebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang
berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu
melalui dan dengan cara mekanisme tertentu sebelum output berhasil diproses.
Contoh dalam hal ini adalah apa yang terjadi dari
sebuah mobil. Adanya instrument-instrumen atau display panel dalam mobil akan
menunjukkan suatu kecepatan mobil yang sedang berjalan dan jumlah bahan bakar
yang masih ada di dalam tangki yang masih ada di dalam tangki mobil. Disini
merupakan manusia sebagai pengemudi mobil tidak akan bisa secara langsung
mengendalikan dari sumber tenaga penggerak mobil ini secara langsung karena
dalam sistem ini mesinlah yang akan membagi tenaga yang mampu membuat sistem
berjalan. Manusia di sisni akan melaksanakan kontrol memekai sensor input lewat
display dan peralatan lainnya seperti kemudi, rem, gas dan lainnya. Sistem
dimana mesin memberikan power (tenaga) dan manusia akan dapat melaksanakan fungsi
control.
2.4.3 Sistem Manusia Mesin
Hubungan Otomatis
Pada sistem yang berlangsung secara otomatis maka
disini mesin akan melaksanakan dua fungsi yaitu menerima rangsangan dari luar
(sensing) dan para pengendali efektifitas seperti umumnya yang dapat dijumpai
dalam prosedur kerja yang normal. Fungsi operator disini hanya memonitor dan
menjaga mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau menggantikan
program-program baru apabila diperlukan.
Penyelidikan terhadap fungsi mesin-mesin adalah
didasarkan atau suatu kenyetaan bahwa antara manusia dengan mesin. Dengan
memperhatikan dari kealebihan dan kekurangan masing-masing, maka akan diperoleh
tabel perbandingan manusia dan mesin. Dari perbedaan kemampuan antara manusia
dengan mesin tersebut, maka diharapkan dapat membuat suatu hubungan sistem
manusia mesin akan bisa melengkapi satu sama lainnya.
Di sini dapat dilihat bahawa kelebihan utama manusia
dengan mesin adalah sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Manusia bisa berubah peranannya dengan cepat dan teratur sehingga memungkinkan
untuk bekerja dalam kondisi apapun dan sifat yang berubah-ubah dari manusia ini
juga akan membuktikan sifat ketidakstabilian, yaitu cara atau apa yang belum
dihasilkan sekarang belum tentu sama dan apa yang dihasilkan untuk masa yang
akan datang. Hal ini berbeda dengan sifat mesin yang lebih sangat stabil bila
dibandingkan dengan manusia. Dengan kata lain dari sistem manusia mesin pada
hakekatnya akan lebih dipengaruhi oleh kemampuan dan sesuatu keterbatasan
manusia.
Dengan mempelajari komponen manusia sebagai salah satu
komponen sistem manusia mesin yang terdiri dari manusia, peralatan, dan
lingkungan kerja fisik, akan dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Ergonomi
sebagai disiplin ilmu baru akan memerlukan informasi-informasi yang berkaitan
dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Hal ini memberikan penjelasan yang
jelas dan efektif.
2.4.4. Kemampuan dan Keterbatasan manusia
Untuk dapat menerapkan ergonomi, perlu adanya suatu
informasi-informasi yang lengkap mengenai kemampuan dan segala keterbatasan
manusia. Salah satu usaha untuk meraih informasi ini adalah dengan melakukan
berbagai macam penyeledikan, dan pembahasannya akan dilakukan menurut empat
kelompok besar yaitu :
a.
Penyelidikan tentang display, yaitu bagian lingkungan
yang mengkomunikasikan keadaan kepada manusia
b.
Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses
pengendaliannya. Dalam hal ini yang diselidiki adalah aktifitas manusia ketika
aktifitas tersebut yang paling berpengaruh banyak hubungan dengan biomekanik.
c.
Penyelidikan mengenai tempat kerja. Agar diperoleh
suatu tempat kerja yang baik dalam arti kata sesuai dengan kemampuan
keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran
dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia.
d.
Penyelidikan mengenai lingkungan fisik. Yang dimaksud
lingkungan fisik di sini meliputi ruangan dan fasilitas yang bisa digunakan
oleh manusia, serta kondisi dari lingkungan kerja, yang keduanya banyak
mempengaruhi tingkah laku manusia
2.5 Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimal
hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini bisa dinyatakan
dalam persen. Sedangkan tingkat kepercayaan menunjukkan besarnya suatu
kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperolehnya dapat memenuhi syarat
ketelitian tadi.
Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat kepercayaannya
90% memberi arti bahwa membolehkan rata-rata hasil pengukuran menyimpan sejauh
10 dari rata-rata sebenarnaya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini
adalah 90%.
2.6 Uji Statistik
2.6.1.Tes Keseragaman Data
Tes keseragaman data perlu kita lakukan dahulu sebelum
kita menggunakan data guna mendapatkan suatu standart. Tes keseragaman data
biasa dilakukan cara visual atau mengaplikasikan peta control.
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara
sederhana, mudah dan tepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang
terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang terlalu besar atau
terlalu kecil dan jauh menyimpan dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu
eksrtim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam
perhiungan selanjutnya.
Misalnya pengukuran yang telah dilakukandan hasil 16
data, kelompokkan ke 16 data tersebut dalam sub group yang kemudian dilakukan
langkah-langkah dai pengukuran sebagai berikut :
a. Menghitung harga rata-rata dari rata-rata setiap sub
group.
atau
Dimana : X
= harga rata-rata dari group ke-1
N
= banyaknya data
K
= banyaknya sub group yang terjadi
b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu
penyelesaian dengan:
Dimana: N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah
dilakukan.
X = Waktu penyelesaian yang diambil dari pengukuran
yang telah dilakukan
c. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga
rata-rata sub group :
Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan dalam
mengetes keseragaman data dari hasil pengamatan X untuk setiap group data
apabila diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :
BKA
BKB
Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk group data
bisa dicari dengan formulasi berikut :
BKA =
X + 2
BKB = X - 2
2.6.2.Test Kecukupan Data
dan Tes Kenormalan Data
Jika ternyata rata-rata sub group berada dalam batas
yang terkontrol, maka pengukuran yang digunakan yaitu dengan menggunakan
tingkat ketelitian 5%, tingkat kepercayaan 95% maka dapat diperoleh rumus
sebagai berikut:
Dimana : N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
Seandainya jumlah pengukuran yang diperoleh dan
ternyata lebih besar dari pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’ <
N) maka pengukuran tahap ketiga harus dilakukan demikian seterusnya sampai pengukuran yang diperlukan dengan
jumlah yang ditetapkan (N’ < N). Test kenormalan data dapat dilakukan dengan
sampel acak berukuran n, rata – rata x dan simpangan baku s untuk keperluan pengujian kita harus
menghitung frekuensi teoritik Ei dan mengetahui frekuensi nyata atau hasil
pengamatan Oi. Frekuensi Oi jelas didapatkan dari sampel masing – masing
menyatakan frekuensi dalam tiap kelas interval. Harga Ei didapatkan dari hasil
kali antara n dengan peluang atau luas dibawah kurva normal untuk interval yang
bersangkutan selanjutnya statistic dihitung dengan rumus:
Dimana: = tingkat ketelitian
5%
K = Jumlah kelas
Untuk mencari nilai , data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
·
Data kelas interval
·
Data frekuensi dari tiap kelas interval.
Data ini diperoleh pada tabel distribusi frekuensi
Data lain yang harus diketahui adalah:
·
Besarnya Z untuk setiap kelas interval. Rumus
untuk mencari nilai Z adalah sebagai berikut:
·
Dimana Xo = batas kelas interval
·
Besarnya luas kelas interval (D)
·
Besarnya jumlah pengamatan yang diperlukan (E).
Rumus untuk mencari nilai E adalah E = D * N
2.6.3.Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi umumnya dianggap sebagai suatu
bentuk penyusunan yang teratur mengenai suatu rangkaian data dengan
menggolongkan besar kecilnya angka-angka yang bervariasi ke dalam kelas-kelas
tertentu.
2.6.4.Histogram
Histogram seringkali dianggap sebagai grafik frekuensi
yang bertangga. Salah satu fungsi dari fungsi histogram yang terpenting adalah
menggambarkan beda antara kelas dalam sebuah distribusi. Hal ini akan
dipermudah bila disrtibusi frekuenasi memiliki interval yang sama bagi tiap-tiap
kelas.
2.6.5.Tes Persentil
Jika sekumpulan data dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan
menghasilkan persentil yang berturut – turut yang dinamakan persentil pertama
sampai dengan persentil sembilan puluh sembilan. Symbol yang digunakan
berurutan adalah P1, P2, …,P99. letak persentil Pi (I = 1, 2, 3,...,99). Untuk
sekumpulan data digunakan rumus:
Letak Pi = data ke….
Sedangkan rumus dari Pi adalah sebagai berikut:
dimana : bk = batas bawah
kelas
P = Panjang kelas
N = banyaknya data
F = Frekuensi sebelum Pi
F = Frekuensi sesudah Pi
2.6.6.Tes Varians
Dalam hal ini akan diuji kesamaan K (K 2), sebuah rata-rata populasi.
Tepatnya misalkan kita uji mempunyai K, (K 2) sebuah populasi yang ,masing-masing
berdistribusi normal dan independent dengan rata-rata 1,2,…,K dan simpangan baku yang berturut-turut.
Untuk menguji Ho dan Hi, yang kita bicarakan. Varias yang kita gunakan
adalah varians antara kelompok dengan varians dalam kelompok, dengan persyaratan
tentang populasi seperti diantara ternyata bahwa rasio varians dan kelompok
bentuk statistic F, tepatnya:
Untuk memudahkan perhitungan digunakan symbol:
dengan
= jumlah kuadrat (JK) dari semua data pengamatan
Ry, Ay, Dy, dan merupakan jumlah
kuadrat (JK) yang berurut berdasarkan sumber varians rata-rata antara kelompok,
dalam kelompok dan totalnya. Setiap JK sumber varians didampingi oleh derajat
kebebasan 9 dk. Untuk rata – rata dk = (K-10) dan untuk kelompok dk = (ni-1)
dan untuk tabel dk = ni. Untuk memudahkan menganalisa satuan JK dan Ry, Ay, Dy,
dan , harus disusun dalam daftar analisa varians dalam tabel
anava:
Tabel anova:
Sumber Varians
|
Dk
|
JK
|
KT
|
F
|
Rata – Rata
|
1
|
Ry
|
|
|
Antar Kelompok
|
K – 1
|
Ay
|
|
|
Dalam Kelompok
|
(ni – 1)
|
Dy
|
|
|
2.7. Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Rapid Entire Body Assessment dikembangkan
oleh Dr.sue Hignett dan Dr.lynn Mc Atamney merupakan ergonom dari universitas
di Nottingham (University of Nottinghann’s Institute Of Occuptional Ergonomic).
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi
kerja atau postur leher ,punggung,lengan pergelangan tangan dan kaki secara
operator.selai itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling,beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas
oleh pekerja . Penilaian menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktifitas
yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur
kerja operator (Mc Atamney.2000)
Metode
ergonomi tersebut mengevaluasi postur,kekuatan,aktifitas dan faktor copling
yang menimbulkan cidera akibat aktifitas yang berulang-ulang.Penilaian postur
kerja dengan metode ini dengan cara memberikan skor resiko antar satu samai
lima belas,yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko
yang besar (Bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja.Hal ini berati bahwa skor
terendah akan menjamin pekerjaan yang teliti bebas dari ergonomic hazard REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja
yang beresiko dan melakukan segera mungkin.
REBA
dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus ini memudahkan peneliti untuk
dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan
tambahan.Pemeriksaan REBA dapat dilakukan ditempat yang terbatas tanpa
mengganggu pekerjaan.Pengembangan REBA terjadi dalam Empat tahap :
- Mengambil data postur kerja dengan menggunakan bantuan vidio atau foto
- Menetukan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja
- Menetukan berat badan yang diangkat,penetuan copling dan pentuan aktifitas kerja.
- Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan
Dengan
didapatkanya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan
akan tidakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Penilaian
postur dan pergerakan kerja menggunakan model REBA melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut (Hignett dan Mc Atamney.2000)
- Penganbilan data pistur pekerja dengan menggunakan vidio tau foto.Untuk mendapatkan gambar sikap (Postur)pekerja dari leher , punggung , lengan , pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merkam atau memotret postur tubuh pekerja.Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan mendapatkan postur tubuh secara detail (Valid) sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya
- Penetuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.
Setelah didapatkan hasil
rekaman dan foto postur tubuh pekerja dilakukan perhitungan besar sudut
masing-masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh) , leher ,
lengan atas , lengan bawah , pergelangan tangan dan kaki.
Pada model REBA segmen-segmen tubuh tersebut
dibagi menjadi dua kelompok yaitu Grup A dan Grup B.Grup A merupakan punggung
(Batang Tubuh),leher dan kaki.Sementara Grup B meliputi lengan atas , lengan
bawah, pergelangan tangan dari sudut
segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya,kemudian dengan
skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk
grup B agar diperoleh skor untuk masing-masing tabel.
Tabel Skor 2.7.1.skor
pergerakan punggung.
Pergerakan
|
Skor
|
Perubahan Skor
|
Tegak / Alamiah
|
1
|
+ 1 jika
memutar / miring kesamping
|
00 - 200 flexio
00 - 200 extersion
|
2
|
|
200 – 600 flexion
>200 extension
|
3
|
|
>600 flexion
|
4
|
Tabel skor 2.7.2. pergerakan
leher
Pergerakan
|
Skor
|
Perubahan Skor
|
00-200 flexion
|
1
|
+1 jika memutar/miring kesamping
|
>200 flexion atau extension
|
2
|
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan
Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan
baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang
oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan
baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal,
sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat
akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan
yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan
Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi
lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
- Penerangan/cahaya di tempat kerja
- Temperatur/suhu udara di tempat kerja
- Kelembaban di tempat kerja
- Sirkulasi udara di tempat kerja
- Kebisingan di tempat kerja
- Getaran mekanis di tempat kerja
- Bau tidak sedap ditempat kerja
- Tata warna di tempat kerja
- Dekorasi di tempat kerja
- Musik di tempat kerja
- Keamanan di tempat kerja
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor
tersebut dikaitkan dengan kemampuan manusia, yaitu :
1. Penerangan/Cahaya
di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi
karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan.
Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami
kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan
pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
Ø
Cahaya langsung
Ø
Cahaya setengah langsung
Ø
Cahaya tidak langsung
Ø
Cahaya setengah tidak langsung
2. Temperatur
di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia
mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh
manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika
perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan
35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat
temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak
berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan
berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
3. Kelembaban
di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam
udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau
dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur,
kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan
panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar
panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4.
Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk
hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara
di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara
tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya
tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang
dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja,
ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar
tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani.
Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh
akibat lelah setelah bekerja.
5. Kebisingan
di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar
untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh
telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut
dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan
efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi,
yang bisa menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a.
Lamanya kebisingan
b.
Intensitas kebisingan
c.
Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya,
diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6. Getaran
Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh
alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat
menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam
intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam
tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari
getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
a.
Kosentrasi bekerja
b.
Datangnya kelelahan
c.
Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena
gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain.
7. Bau-bauan
di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat
dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan
bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.
Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8. Tata
Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat
dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna
mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna
kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat
warna dapat merangsang perasaan manusia.
9. Dekorasi
di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik,
karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi
berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan
lainnya untuk bekerja.
10. Musik
di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai
dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan
untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk
dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di
tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11. Keamanan
di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja
tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah
satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga
Satuan Petugas Keamanan (SATPAM)
2.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Kerja
Keberhasilan kerja manusia dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor individual dan faktor situasional. Sesuai dengan namanya, faktor
pertama terdiri dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri
dan sering kali sudah ada sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di
pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti pendidikan dan semuanya adalah
faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat dirubah. Artinya, faktor -
faktor yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada dan harus
dapat diterima seadanya.
Berbeda
dengan yang pertama, faktor kedua terdiri dari faktor - faktor yang hampir
sepenuhnya dapat diatur dan dapat dirubah, dan faktor-faktor ini berada diluar
diri pekerja. Pemimpin perusahaanlah yang berhak merubahnya, karenanya
faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor management. Kelompok-kelompok
faktor situasional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari
faktor-faktor sosial dan keorganisasiannya, dan yang terdiri dari faktor-faktor
fisik pekerjaan yang bersangkutan.
Dengan
dasar pengetahuan ini, adalah tugas pimpinan untuk mengatur semua faktor-faktor
yang dikuasainya dan menjalinnya dengan faktor-faktor diri pekerja untuk
menciptakan suatu keadaan yang memberikan keberhasilan tinggi.
2.10.
Lingkungan Kerja, Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (K3) Dan Produktivitas Kerja
Lingkungan
kerja atau tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia
dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian lingkungan kerja
dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya
dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi
dan ketilitian. Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat
kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Seorang pekerja akan
mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan yang baik pula
sehingga dicapai hasil yang optimal.
Keselamatan
dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat bekerja sangat berpengaruh
dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Seorang pekerja akan mampu
bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik sehingga
didapatkan hasil yang optimal. Lingkungan kerja adalah tempat kerja dikatakan
baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan
optimal. Ketidak sesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada
lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu,
seperti turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketelitian.
2.11.
Pengaruh Kebisingan di Tempat Kerja
Kebisingan
adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak
dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat merusak
pendengaran, mengganggu ketenamgan bekerja, dan dapat menimbulkan kesalahan
komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian.
Ada
tiga aspek yang menentukan kwalitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat
gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, intensitas, dan frekuensinya. Makin
lama telinga kita mendengar kebisingan makin buruk akibatnya bagi kita,
diantaranya pendengaran yang makin berkurang.
Kebisingan
diatas batas-batas normal (85 dB; decibel = satuan kepekaan suara) perlu
disisihkan dari tempat-tempat kerja guna mencegah kemerosotan syaraf karyawan,
mengurangi keletihan mental, dan meningkatkan moral kerja.
Pengendalian atas
kebisingan dan getaran yang biasa adalah sebagai berikut :
Ø Bagian-bagian bergerak dari seluruh
mesin, perlengkapan, dan peralatan harus senantiasa diberi minyak pelumas dan
gemuk.
Ø Cegah penggunaan mesin-mesin yang
menimbulkan kebisingan diatas 95 dB.
Ø Pergunakan peredam getaran seperti
tegel akustik, karet, dan barang-barang lain yang sejenis.
Ø Sumber-sumber getaran harus
diisolasi. Misalnya , hendaknya generator diletakkan didalam tanah
Ø Permukaan tembok dan langit-langit
sedapat mungkin dilapisi dengan tegel akustik
Ø Lengkapi karyawan yang bekerja di
tempat-tempat sumber kebisingan diatas 95 dB dengan alat penyumbat telinga
Telah
jelas bagi kita bahwa kondisi lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap
keadaan kerja manusia maka manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak
luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari faktor pribadinya (intern)
atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang datang
dari luar dan akan dibahas dalam kesempatan ini ialah lingkungan kerja dimana
manusia melaksanakan kegiatannya. Adalah suatu kenyataan bahwasannya lingkungan
kerja berpengaruh terhadap hasil kerja manusia. Manusia akan mampu melaksanakan
kegiatannya dengan baik dan akan tercapai suatu hasil yang optimal, apabila
diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, sebaliknya
bisa dikatakan, bahwa suatu kondisi lingkungan kerja yang baik, manusia dapat
melaksanakan kegiatannya dengan optimal, dengan sehat, aman dan selamat.
Ketidakberesan
lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih jauh
lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang
lebih banyak tentunya. Tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang
efisien dan produktif.
Suatu
kondisi lingkungan kerja yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja,
tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari
kondisi tersebut diuji pengaruhya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan
teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini, dan
tentu saja pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat
membantu dalam pencapaian hasil dari pengujian ini.
Sebagaimana
yang kita ketahui terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu
kondisi lingkungan kerja diantaranya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, warna dan bau-bauan.
Tabel 2.11.1. Skala Intesitas Kebisingan
Desibel (dB)
|
Batas dengar tertinggi
|
|
Menulikan
|
120
110
100
|
Halilintar
Meriam
Mesin Uap
|
Sangat hiruk
|
100
90
|
|
|
|
Jalan hiruk-pikuk
|
|
||
|
|
Perusahaan sanga
|
80
|
t gaduh
Pluit polisi
|
|
Kuat
|
80
70
60
|
Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
|
Sedang
|
60
|
Rumah gaduh
|
|
|
Kantor umumnya
Percakapan kuat
Radio perlahan
|
|
50
|
|
40
|
||
Tenang
|
40
30
20
|
Rumah tenang
Kantor perorangan
Auditorium
Percakapan
|
Sangat tenang
|
20
10
0
|
Suara daun-daun
Berisik
Batas dengar terendah
|
Manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan, dalam arti
segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut
bisa berasal dari pribadi (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern).
Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja,
tetapi harus melalui tahapan – tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan
dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan
teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini.
Selain itu pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat
membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini
Dengan
kata lain lingkungan kerja sangat penting dalam kehidupan manusia dalam
melakukan pekerjaan. Teknologi sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil optimal
dalam melakukan pekerjaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja, serta bila
perlu teknologi digunakan untuk mengendalikan lingkungan kerja.Itulah sebabnya
lingkungan kerja harus dapat dirancang sebaik mungkin sehinggga dapat
diharapkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada pemakaiannya dan akhirnya
menghasilkan produktivitas yang baik.
2.12.
Antropometri
Displin ilmu ergonomi yang berhubungan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia adalah antropometri. Data
antropometri diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik. Lingkungan
fisik juga dapat mempengaruhi para pekerja baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat
kerja.
Secara umum lingkungan fisik terbagi dalam dua
kategori, yaitu :
Ø Lingkungan yang langsung berhubungan
dengan pekerja tersebut. Contoh: stasiun kerja, kursi, meja dan sebagainya.
Ø Lingkungan perantara atau lingkungan umum.
Contoh: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain.
Untuk bisa meminimumkan pengaruh
lingkungan fisik terhadap para pekerja, maka yang harus kita lakukan adalah
mempelajari manusia baik mengenai sifat dan tingkah lakunya serta keadaan
fisiknya.
Antropometri merupakan kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran,
volume, dan berat) serta penerapan dari data tersebut untuk perancangan
fasilitas atau produk.
Penelitian awal tentang dimensi tubuh manusia dimulai
sejak awal abad ke-14 dan sampai pada abad ke-19 barulah dapat dihasilkan data
anthropometri yang lengkap. Metode pengukuran ini distandarisasikan selama
periode awal sampai pertengahan abad ke-20. Dan belakangan ini adalah yang
dilakukan pada tahun 1980-an oleh International Organization For
Standarisation.
Antropometri terbagi atas dua cara pengukuran yaitu antropometri statis dan
anthropometri dinamis.
1.
Antropometri
Statis
Antropometri
statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh. Anthropometri
statis berhubungan dengan pengukuran dengan keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam keadaan diam atau dalam posisi standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan
posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh, ukuran kepala, panjang
lengan dan sebagainya.
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
Ø
Umur
Ø Jenis kelamin
Ø Suku bangsa
Ø Pekerjaan
2.
Antropometri
dinamis
Antropometri
dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerjaan tersebut melaksanakan kegiataannya.
Terdapat tiga kelas pengukuran
dinamis yaitu:
Ø
Pengukuran
tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari
suatu aktivitas
Ø Pengukuran jangkauan ruangan yang
dibutuhkan saat kerja
Ø Pengukuran variabilitas kerja
Pengukuran Anthropometri bertujuan untuk
mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang dirancang lebih
sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan.
Sementara itu ruang lingkup utama dari data
anthropometri antara lain adalah :
a.
Desain
pakaian
b.
Desain
tempat kerja
c.
Desain dari
lingkungan
d.
Desain
peralatan, perkakas dan mesin-mesin
e.
Desain
produk konsumer
Contoh-contoh dari aplikasi data antropometri
misalnya : kaus kaki, kursi, helm, sepeda, meja dapur, perkakas tangan, tempat
tidur, meja, interior mobil, mesin produksi, dan sebagainya. Seorang desainer
seharusnya memperhatikan aspek dimensi tubuh dari populasi yang akan
menggunakan peralatan hasil rancangannya tersebut. Dalam hal ini, harus ada
semacam target, misalnya sedikitnya 90 sampai 95 % dari populasi harus dapat
menggunakan hasil desainnya tersebut.
Hal ini sangat diharapkan di banyak
situasi dan kondisi di mana mesin atau peralatan yang dioperasikan membutuhkan human
interchangeability, di mana hal tersebut dapat dicapai dengan membuat
rancangan yang dapat disesuaikan (adjustable design). Contoh kasus
adalah pada kursi mobil untuk pengemudi, di mana kursi seharusnya dapat
disesuaikan di berbagai variasi gerakan dan kedudukan pada waktu mengemudi
supaya si pengemudi merasa nyaman. Orang yang bertubuh pendek mungkin tidak
akan bisa menjangkau kontrol yang dilakukan dengan kaki, yaitu pedal gas, pedal
rem dan pedal klos tanpa kursi yang bisa disesuaikan dengan cara digerakkan
maju/mundur.
Selain itu, penyesuaian juga mutlak
diperlukan jika merancang sesuatu yang akan digunakan oleh populasi yang luas,
misalnya untuk produk-produk yang diekspor, dimana pemakai adalah populasi di
seluruh dunia yang berbeda-beda dimensi dan ukuran tubuhnya.
Jika Anda memiliki masalah keuangan, sekarang saatnya Anda tersenyum. Anda hanya perlu menghubungi Bpk. Benjamin dengan jumlah yang ingin Anda pinjam dan periode pembayaran yang sesuai untuk Anda dan Anda akan memiliki pinjaman dalam waktu kurang dari 48 jam. Saya hanya mendapat manfaat untuk keenam kalinya pinjaman 700 ribu dolar untuk jangka waktu 180 bulan dengan kemungkinan membayar sebelum tanggal kedaluwarsa. Lakukan kontak dengannya dan Anda akan melihat bahwa dia adalah orang yang sangat jujur dengan hati yang baik. Surelnya adalah lfdsloans@lemeridianfds.com dan nomor telepon WhatApp-nya adalah + 1-989-394-3740
BalasHapus